Risikonya Mengerikan, Jika Impor Konflik Yaman ke Indonesia Lewat Capres Keturunan Yaman

Risikonya Mengerikan, Jika Impor Konflik Yaman ke Indonesia Lewat Capres Keturunan Yaman - Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Risikonya Mengerikan, Jika Impor Konflik Yaman ke Indonesia Lewat Capres Keturunan Yaman telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya. Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru Artikel Trending, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.

Judul : Risikonya Mengerikan, Jika Impor Konflik Yaman ke Indonesia Lewat Capres Keturunan Yaman

link : Risikonya Mengerikan, Jika Impor Konflik Yaman ke Indonesia Lewat Capres Keturunan Yaman

Motobalapan |
Tulisan ini bukan soal rasisme, tapi soal fakta sejarah konflik Yaman, termasuk gerakan politik keturunan imigran Yaman di Indonesia. Apalagi, menjelang Pemilihan Presiden Indonesia 2024 ini, ada kelompok intoleran yang gencar mengkampanyekan tokoh keturunan Yaman untuk maju menjadi Calon Presiden (Capres) pada Pilpres Indonesia 2024.  

Yang jadi pertanyaan adalah, apa tidak salah bila warga Indonesia mendukung keturunan Yaman menjadi Capres 2024 bila fakta sejarah membuktikan bahwa negara Yaman sendiri selalu dilanda konflik antar kelompok selama ratusan tahun? Apa Indonesia kekuarangan penduduk bila harus mendukung Capres 2024 keturunan Yaman yang dikampanyekan oleh kelompok intoleran pendukung Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin? Perlu dicatat, konflik Yaman selama ratusan tahun tak lepas dari gerakan kelompok intoleran, termasuk Ikhwanul Muslimin. Makanya, menjelang Pilpres 2024 ini para politisi perlu mempertimbangkan dengan cermat terkait fakta-fakta empiris akar konflik Yaman dan  pengaruhnya bagi masa depan Indonesia.

Yang pasti, warga Indonesia sendiri sudah banyak yang mendalami soal sejarah konflik Yaman dan jejak gerakan politik warga Indonesia keturunan Yaman dewasa ini. Contohnya Pakar Antropologi Budaya Universitas King Fahd Saudi Arabia Professor Sumanto Al Qurtuby dan Pakar Geopolitik Timur Tengah Dr. Dina Sulaeman. Kedua pakar itu, Sumanto Al Qurtuby dan Dina Sulaeman, tidak menutup-nutupi fakta sejarah bahwa negara Yaman memang dilanda konflik ratusan tahun yang tak berkesudahan. Akibatnya, Yaman kini jadi negara yang terbelakang, miskin dan bangkrut meski punya kekayaan alam cukup potensial. 

Menurut Professor Sumanto Al Qurtuby, salah satu faktor yang menyebabkan warga Yaman bermigrasi ke Indonesia pada abad 19 lalu adalah akibat konflik dan peperangan yang tak berkesudahan. Mereka berkelana ke Indonesia karena Yaman jadi negara miskin, banyak kelaparan, dan minimnya lapangan kerja. Bahkan, hingga kini Yaman masih dilanda kekerasan dan kelaparan yang membuat negara ini buram, bangkrut, dan berantakan sehingga masuk menjadi salah satu negara termiskin dan terbangkrut di dunia.

Kenapa Yaman selalu dilanda konflik? Menurut Professor Sumanto Al Qurtuby, salah satu faktor pemicu konfliknya karena Yaman menjadi rumah berbagai kelompok ideologi. Perang Sipil berkali-kali meletus di Yaman yang menyebabkan korban tak terhingga, baik jiwa maupun harta-benda. Saat ini perang sipil berbagai kelompok politik-agama-ideologi juga sedang berkecamuk, khususnya di Yaman utara. Tak peduli, meskipun sama-sama beretnik / bersuku Arab, mereka saling berperang satu sama lain.

Dalam tulisannya Sumanto Al Qurtuby juga mengungkap dengan gamblang adanya kelompok intoleran. Bahkan, Yaman disebut rumahnya berbagai faksi militan radikal Islamis teroris dari berbagai kelompok, aliran, dan mazhab keislaman. Di sinilah sejumlah pentolan Salafi, termasuk pemimpin “almarhum” Laskar Jihad, Ja'far Umar Thalib berserta anak-anak didiknya, dikader dan digembleng spirit jihadisme oleh beberapa ulama militan seperti Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wad’i, Syaikh Yahya al-Hajuri, atau Syaikh Abdurrahman al-Adeni.

Sejak zaman dulu, Yaman menjadi ajang pertempuran dan penaklukkan berbagai kelompok politik kekuasaan. Pada awal abad Masehi, Yaman pernah berada di bawah kekuasaan Kerajaan Yahudi Himyarite. Kemudian kelompok Kristen datang menaklukkan Yaman, dan belakangan kaum Muslim Arab yang gantian menganeksasi. Sejak itu, beberapa dinasti silih berganti mengontrol Yaman, yang terkuat dan termakmur adalah Dinasti Rasulid. Turki Usmani dan Inggris juga pernah menjajah Yaman. Sebelum Republik Arab Yaman berdiri pada tahun 1962, Kerajaan Yaman Mutawakkiliyah yang berhaluan Syiah Zaidi berdiri di Yaman Utara pasca Perang Dunia I.

Kaum radikal Islamis (seperti al-Ishlah atau al-Tajammu' al-Yamani li al-Ishlah), kelompok nasionalis (seperti al-Muktamar al-Sya'abi al-am), dan sosialis-komunis (seperti al-Hizb al-Isytirak al-Yaman), semua beretnik Arab, saling berkelahi, saling bunuh, dan berebut kekuasaan. Ini belum termasuk konflik dan kekerasan berbagai faksi Islam: seperti faksi Sunni dan Syiah Zaidi. Sejumlah sarjana seperti Tareq Ismael, Victoria Clark, Murray Gart, dan Mark Katz telah mengulas dengan baik sejarah dan perkembangan konflik dan kekerasan antarfaksi ideologi-politik-agama di Yaman.

Pertanyaan yang muncul kemudian, kenapa kelompok intoleran di Indonesia kini getol mengkampanyekan tokoh keturunan Yaman menjadi Capres 2024?  Perlu dicatat, munculnya kelompok intoleran radikal di beberapa negara dewasa ini tak lepas dari campur tangan negara barat, terutama Inggris dan Amerika Serikat. Anehnya, kelompok intoleran pendukung Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin yang dijadikan kelompok terlarang di berbagai negara Timur Tengah, justru aman berlindung di Inggris. Ini sangat aneh bin ajaib jika tak ada kepentingan politik. Di sisi lain, para pendukung Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin di Indonesia juga sangat agresif memainkan politisasi agama dalam Pilpres dan Pilkada DKI Jakarta 2017.

Pendek kata, bila partai politik di Indonesia menangkap gerakan politik para pendukung Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin untuk mengusung tokoh keturunan Yaman menjadi Capres 2024, itu sama halnya mengimpor konflik kelompok militan di Yaman ke Indonesia. Fakta membuktikan, sudah banyakj tokoh keturunan Yaman di Indonesia yang kerap bikin gaduh dengan senjata isu agama. Bahkan, menurut Professor Sumanto Al Qurtuby, sebagian dari mereka sering membuat keonaran di Indonesia dengan menebarkan intoleransi, fitnah, kedengkian, permusuhan, dan kekerasan dengan sesama umat manusia seperti yang dilakukan oleh Rizieq Syihab, Husein Al Habsyi, Zein Al-Kaff, dan Bahar Bin Smith. 

Makanya, alangkah mengerikan bila Indonesia dipimpin oleh seorang presiden keturunan Yaman. Saat Indonesia dipimpin orang Indonesia asli sekelas Joko Widodo pun, kelompok intoleran di Indonesia sudah berani berbuat onar seenak mulutnya sendiri. Negara barat bisa bahagia bila boneka keturunan Yaman jadi presiden di Indonesia karena mereka bisa bebas mengangkut sumber daya alam Indonesia tanpa harus bayar mahal untuk bangun pabrik dan trasfer teknologi di Indonesia seperti yang diminta Jokowi. Bukan begitu?

Demikianlah Artikel Risikonya Mengerikan, Jika Impor Konflik Yaman ke Indonesia Lewat Capres Keturunan Yaman

Sekianlah artikel Risikonya Mengerikan, Jika Impor Konflik Yaman ke Indonesia Lewat Capres Keturunan Yaman kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Risikonya Mengerikan, Jika Impor Konflik Yaman ke Indonesia Lewat Capres Keturunan Yaman dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2022/05/risikonya-mengerikan-jika-impor-konflik.html

Subscribe to receive free email updates: