Okupansi Mal Bertahan di Tengah Kelesuan
Okupansi Mal Bertahan di Tengah Kelesuan
- Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Okupansi Mal Bertahan di Tengah Kelesuan telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya.
Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.
Judul : Okupansi Mal Bertahan di Tengah Kelesuan
link : Okupansi Mal Bertahan di Tengah Kelesuan
Judul : Okupansi Mal Bertahan di Tengah Kelesuan
link : Okupansi Mal Bertahan di Tengah Kelesuan
Motobalapan | Berita Vlova - Metrotvnews.com, Jakarta: Di tengah kelesuan pasar properti Tanah Air, pertumbuhan segmen ritel menjadi yang paling stabil hingga pertengahan tahun ini. Tingkat okupansi mal bertahan paling tinggi di antara segmen pasar properti lain hingga 89 persen di Jakarta.
Permintaan sewa tempat dalam mal di survei Jakarta Property Market Update Jones Lang Lasalle menunjukkan tren yang terus meningkat. Head of Research JLL James Taylor menyebutkan tingginya okupansi mal didorong industri hiburan (entertainment), makanan dan minuman (food & beverages), serta kosmetik.
Pembukaan mal baru di Ibu Kota, yaitu Aeon Mall di Jakarta Garden City, juga mengusung konsep F&B serta lifestyle entertainment untuk menarik pengunjung.
"Mal baru yang berdiri di Jakarta saat ini, yaitu Bella Terra Lifestyle Center, mengusung konsep lifestyle sudah memiliki tingkat okupansi hingga 90 persen, padahal baru selesai dibangun pada kuartal kedua tahun ini," ujar Taylor saat memaparkan survei JLL mengenai kinerja pasar properti di kuartal II 2017 kepada pers di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
Head of Retail JLL Cecilia Santoso menyambung bisnis mal tetap cerah karena para pengembang (landlord) aktif mendatangkan tenant baru dan membuat sejumlah aktivitas menarik. Saat ini di Jakarta terdapat ruang ritel mencapai 2,9 juta meter persegi dengan rerata harga sewa mencapai Rp498.193/m2 per bulan.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengakui mal di Ibu Kota masih mampu mengundang banyak pengunjung, bahkan tak jarang dijadikan sebagai tempat menghabiskan akhir pekan bagi keluarga. Ini membuat tingkat okupansi mal, terutama yang menyewakan tempat bagi tenant, tetap stabil di atas 90 persen.
"Beberapa bahkan ada yang antre ingin masuk. Misalnya, di Kota Kasablanka," tutur Stefanus, kemarin.
Permintaan sewa tempat dalam mal di survei Jakarta Property Market Update Jones Lang Lasalle menunjukkan tren yang terus meningkat. Head of Research JLL James Taylor menyebutkan tingginya okupansi mal didorong industri hiburan (entertainment), makanan dan minuman (food & beverages), serta kosmetik.
Pembukaan mal baru di Ibu Kota, yaitu Aeon Mall di Jakarta Garden City, juga mengusung konsep F&B serta lifestyle entertainment untuk menarik pengunjung.
"Mal baru yang berdiri di Jakarta saat ini, yaitu Bella Terra Lifestyle Center, mengusung konsep lifestyle sudah memiliki tingkat okupansi hingga 90 persen, padahal baru selesai dibangun pada kuartal kedua tahun ini," ujar Taylor saat memaparkan survei JLL mengenai kinerja pasar properti di kuartal II 2017 kepada pers di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
Head of Retail JLL Cecilia Santoso menyambung bisnis mal tetap cerah karena para pengembang (landlord) aktif mendatangkan tenant baru dan membuat sejumlah aktivitas menarik. Saat ini di Jakarta terdapat ruang ritel mencapai 2,9 juta meter persegi dengan rerata harga sewa mencapai Rp498.193/m2 per bulan.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengakui mal di Ibu Kota masih mampu mengundang banyak pengunjung, bahkan tak jarang dijadikan sebagai tempat menghabiskan akhir pekan bagi keluarga. Ini membuat tingkat okupansi mal, terutama yang menyewakan tempat bagi tenant, tetap stabil di atas 90 persen.
"Beberapa bahkan ada yang antre ingin masuk. Misalnya, di Kota Kasablanka," tutur Stefanus, kemarin.
Menurutnya, tingginya tingkat okupansi juga didukung dengan harga sewa yang relatif stabil. Hanya beberapa tenant yang mendapatkan harga khusus saat menyewa untuk pertama kali yang mengeluhkan adanya kenaikan harga sewa.
Namun, kenaikan harga sewa itu masih dalam koridor wajar karena hanya mengikuti harga sewa asli saat perpanjangan masa sewa. Tingginya okupansi mal juga kadang membuat pengembang membuat superblok untuk memudahkan orang yang tinggal dan bekerja pergi ke mal.
Penurunan
Untuk segmen properti lain, JLL mencatat masih menunjukkan adanya penurunan permintaan. Hal itu terdata pada segmen kantor di kawasan bisnis terpadu (CBD) maupun di luar CBD dan residensial yang terdiri atas kondominium dan rumah tapak.
Khusus kondominium, Taylor menambahkan permintaan meningkat untuk tipe tertentu. Secara umum tingkat serapan kondominium menurun 2 persen. Permintaan terbesar berasal dari kondominium untuk segmen menengah dan bawah.
Pembeli mempertimbangkan biaya, unit lebih kecil, lokasi strategis, infrastruktur, dan reputasi pengembang dalam memilih kondominium.
"Untuk rumah tapak, pembeli cenderung mencari rumah dengan harga maksimal Rp2 miliar atau kisaran Rp600 juta-Rp1,3 miliar dengan unit yang memiliki 2-3 kamar tidur," ucap Taylor.
Soal residensial, sektor ini masih diminati investor asing yang menanamkan modal di Indonesia, bersanding dengan sektor logistik yang didorong geliat pemerintah dalam menggenjot infrastruktur. Kondisi kelesuan, imbuh Head of Advisory JLL Vivin Harsanto, sepertinya dilihat sebagai salah satu peluang investasi jangka panjang.
Sejumlah pengembang asing sudah melaksanakan proyek residensial, baik secara mandiri maupun kolaborasi, bersama dengan pengembang Indonesia.
Investor di sektor residensial berasal dari Hong Kong, Singapura, Jepang, dan Tiongkok. Ada Logos yang menanamkan investasi ratusan juta dolar AS di Pondok Ungu, Bekasi. Daiwa House punya proyek senilai US$35 juta dengan lahan seluas 12 hektare di wilayah tenggara Jakarta.
GIC memilih kolaborasi bersama Intiland di kompleks perkantoran South Quarter di Jakarta Selatan. (Media Indonesia)...
Sumber : http://ift.tt/2uSctxp
Namun, kenaikan harga sewa itu masih dalam koridor wajar karena hanya mengikuti harga sewa asli saat perpanjangan masa sewa. Tingginya okupansi mal juga kadang membuat pengembang membuat superblok untuk memudahkan orang yang tinggal dan bekerja pergi ke mal.
Penurunan
Untuk segmen properti lain, JLL mencatat masih menunjukkan adanya penurunan permintaan. Hal itu terdata pada segmen kantor di kawasan bisnis terpadu (CBD) maupun di luar CBD dan residensial yang terdiri atas kondominium dan rumah tapak.
Khusus kondominium, Taylor menambahkan permintaan meningkat untuk tipe tertentu. Secara umum tingkat serapan kondominium menurun 2 persen. Permintaan terbesar berasal dari kondominium untuk segmen menengah dan bawah.
Pembeli mempertimbangkan biaya, unit lebih kecil, lokasi strategis, infrastruktur, dan reputasi pengembang dalam memilih kondominium.
"Untuk rumah tapak, pembeli cenderung mencari rumah dengan harga maksimal Rp2 miliar atau kisaran Rp600 juta-Rp1,3 miliar dengan unit yang memiliki 2-3 kamar tidur," ucap Taylor.
Soal residensial, sektor ini masih diminati investor asing yang menanamkan modal di Indonesia, bersanding dengan sektor logistik yang didorong geliat pemerintah dalam menggenjot infrastruktur. Kondisi kelesuan, imbuh Head of Advisory JLL Vivin Harsanto, sepertinya dilihat sebagai salah satu peluang investasi jangka panjang.
Sejumlah pengembang asing sudah melaksanakan proyek residensial, baik secara mandiri maupun kolaborasi, bersama dengan pengembang Indonesia.
Investor di sektor residensial berasal dari Hong Kong, Singapura, Jepang, dan Tiongkok. Ada Logos yang menanamkan investasi ratusan juta dolar AS di Pondok Ungu, Bekasi. Daiwa House punya proyek senilai US$35 juta dengan lahan seluas 12 hektare di wilayah tenggara Jakarta.
GIC memilih kolaborasi bersama Intiland di kompleks perkantoran South Quarter di Jakarta Selatan. (Media Indonesia)...
Sumber : http://ift.tt/2uSctxp
Demikianlah Artikel Okupansi Mal Bertahan di Tengah Kelesuan
Sekianlah artikel Okupansi Mal Bertahan di Tengah Kelesuan kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Okupansi Mal Bertahan di Tengah Kelesuan dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2017/07/okupansi-mal-bertahan-di-tengah-kelesuan.html