Larangan Jual Minuman Alkohol Ikut Membangkrutkan Bisnis Sevel
Larangan Jual Minuman Alkohol Ikut Membangkrutkan Bisnis Sevel
- Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Larangan Jual Minuman Alkohol Ikut Membangkrutkan Bisnis Sevel telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya.
Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.
Judul : Larangan Jual Minuman Alkohol Ikut Membangkrutkan Bisnis Sevel
link : Larangan Jual Minuman Alkohol Ikut Membangkrutkan Bisnis Sevel
Judul : Larangan Jual Minuman Alkohol Ikut Membangkrutkan Bisnis Sevel
link : Larangan Jual Minuman Alkohol Ikut Membangkrutkan Bisnis Sevel
Motobalapan | Berita Vlova - Metrotvnews.com, Jakarta: Masyarakat banyak dikagetkan dengan penutupan seluruh gerai 7-Eleven (sevel) di Indonesia pada akhir Juni 2017. Fitch Ratings menilai banyak aturan yang tidak kondusif, sehingga menghancurkan salah satu bisnis yang dimiliki PT Modern Internasional Tbk (MDRN).
Dari keterangan Fitch Ratings yang diterima media, Senin 3 Juli 2017, menyebutkan, bahwa model bisnis Modern Internasional untuk rantai sevel di Indonesia dihancurkan oleh perkembangan peraturan yang kurang kondusif.
Peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Industri pada April 2015 guna melarang penjualan minuman beralkohol kecil, di ritel modern. Padahal penjualan minuman beralkohol menyubang sekitar 15 persen dari total penjualan Modern Internasional. Sehingga membuat perusahaan harus tutup sekitar 25 gerai di 2016, dan sekitar 20 gerai di 2015. Lalu meninggalkan 161 gerai dari lebih dari 185 gerai di 2015.
Selain itu, Fitch Ratings memandang, bahwa penutupan gerai 7-Eleven (sevel) di Indonesia bukan lah bukti masalah industri, tapi mencerminkan masalah yang khas dari usaha waralaba. Fitch meyakini Penutupan toko oleh PT Modern Internasional Tbk (Modern Internasional) menekankan bagaimana risiko dari regulasi yang berkembang dan pentingnya model bisnis yang solid untuk profil kredit ritel.
Dari keterangan Fitch Ratings yang diterima media, Senin 3 Juli 2017, menyebutkan, bahwa model bisnis Modern Internasional untuk rantai sevel di Indonesia dihancurkan oleh perkembangan peraturan yang kurang kondusif.
Peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Industri pada April 2015 guna melarang penjualan minuman beralkohol kecil, di ritel modern. Padahal penjualan minuman beralkohol menyubang sekitar 15 persen dari total penjualan Modern Internasional. Sehingga membuat perusahaan harus tutup sekitar 25 gerai di 2016, dan sekitar 20 gerai di 2015. Lalu meninggalkan 161 gerai dari lebih dari 185 gerai di 2015.
Selain itu, Fitch Ratings memandang, bahwa penutupan gerai 7-Eleven (sevel) di Indonesia bukan lah bukti masalah industri, tapi mencerminkan masalah yang khas dari usaha waralaba. Fitch meyakini Penutupan toko oleh PT Modern Internasional Tbk (Modern Internasional) menekankan bagaimana risiko dari regulasi yang berkembang dan pentingnya model bisnis yang solid untuk profil kredit ritel.
Modern Internasional menutup semua toko sevel di bawah manajemen pada 30 Juni 2017, karena kurangnya sumber daya untuk mendanai operasional gerai. Pengumuman tersebut dibuat beberapa minggu setelah kesepakatan untuk menjual Anak perusahaan yang mengoperasikan rantai sevel ke PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) gagal dilaksanakan.
baca : Pemerintah akan Mempelajari Pemenuhan Hak Pekerja Sevel
Penutupan gerai sevel membuat penjualan Modern Internasional turun 28 persen. Perseroan juga mengalami kerugian EBITDA di tahun 2016. Hal tersebut mempengaruhi rating perusahaan menjadi unsustainable.
Fitch meyakini permasalahan sevel makin diperburuk dengan tidak adanya perbedaan yang jelas antara toko swalayan sevel, toko makanan cepat saji dan restoran berukuran sedang di indonesia.
Model bisnis dari toko sevel serupa dengan restoran, karena menyediakan makanan siap saji, minuman serta tempat duduk dan Wi-Fi gratis. Akibatnya, dihadapkan dengan kuatnya Persaingan dengan restoran cepat saji dan penjual makanan tradisional, yang masih sangat populer di kalangan konsumen Indonesia.
Model dan risiko bisnis sevel berbeda dengan mini market dan convinience store lain seeperti Alfamart dan Indomaret, yang memberi penekanan lebih besar pada belanjaan dan memiliki Jaringan yang lebih besar di seluruh negeri. Toko sevel juga memiliki biaya sewa yang lebih tinggi daripada convenience store lainnya karena terdapat tempat duduk yang membutuhkan luasan toko yang lebih besar.
Tak hanya itu, sebagian besar toko sevel di Jakarta berada di lokasi yang memiliki tarif sewa yang tinggi dan saat habis masa berlakunya harga sewa naik signifikan. Hal itu menyebabkan biaya sewa Modern Internasional meningkat sekitar 28 persen di 2016, meski ada sejumlah penutupan toko di 2016 dan 2015.
baca : Pemerintah akan Mempelajari Pemenuhan Hak Pekerja Sevel
Penutupan gerai sevel membuat penjualan Modern Internasional turun 28 persen. Perseroan juga mengalami kerugian EBITDA di tahun 2016. Hal tersebut mempengaruhi rating perusahaan menjadi unsustainable.
Fitch meyakini permasalahan sevel makin diperburuk dengan tidak adanya perbedaan yang jelas antara toko swalayan sevel, toko makanan cepat saji dan restoran berukuran sedang di indonesia.
Model bisnis dari toko sevel serupa dengan restoran, karena menyediakan makanan siap saji, minuman serta tempat duduk dan Wi-Fi gratis. Akibatnya, dihadapkan dengan kuatnya Persaingan dengan restoran cepat saji dan penjual makanan tradisional, yang masih sangat populer di kalangan konsumen Indonesia.
Model dan risiko bisnis sevel berbeda dengan mini market dan convinience store lain seeperti Alfamart dan Indomaret, yang memberi penekanan lebih besar pada belanjaan dan memiliki Jaringan yang lebih besar di seluruh negeri. Toko sevel juga memiliki biaya sewa yang lebih tinggi daripada convenience store lainnya karena terdapat tempat duduk yang membutuhkan luasan toko yang lebih besar.
Tak hanya itu, sebagian besar toko sevel di Jakarta berada di lokasi yang memiliki tarif sewa yang tinggi dan saat habis masa berlakunya harga sewa naik signifikan. Hal itu menyebabkan biaya sewa Modern Internasional meningkat sekitar 28 persen di 2016, meski ada sejumlah penutupan toko di 2016 dan 2015.
Demikianlah Artikel Larangan Jual Minuman Alkohol Ikut Membangkrutkan Bisnis Sevel
Sekianlah artikel Larangan Jual Minuman Alkohol Ikut Membangkrutkan Bisnis Sevel kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Larangan Jual Minuman Alkohol Ikut Membangkrutkan Bisnis Sevel dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2017/07/larangan-jual-minuman-alkohol-ikut.html
