Dari "Tewasnya" Ahok, Tumbuhnya Radikalisme, Hingga Penghimpun Dana Teroris: Ada Apa di Indonesia?

Dari "Tewasnya" Ahok, Tumbuhnya Radikalisme, Hingga Penghimpun Dana Teroris: Ada Apa di Indonesia? - Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Dari "Tewasnya" Ahok, Tumbuhnya Radikalisme, Hingga Penghimpun Dana Teroris: Ada Apa di Indonesia? telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya. Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru Artikel Trending, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.

Judul : Dari "Tewasnya" Ahok, Tumbuhnya Radikalisme, Hingga Penghimpun Dana Teroris: Ada Apa di Indonesia?

link : Dari "Tewasnya" Ahok, Tumbuhnya Radikalisme, Hingga Penghimpun Dana Teroris: Ada Apa di Indonesia?

Motobalapan |



Politik identitas sangat gencar dihembuskan di Indonesia dalam beberapa dekade ini. Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 merupakan pilkada paling mengerikan dalam sejarah Indonesia. Sebab, di balik isu SARA dan politisasi agama itu sampai ada yang terang-terangan akan membunuh Ahok sebagai salah satu peserta Pilkada DKI Jakarta 2017. Ada juga yang bebas teriak-teriak akan menggantung Ahok. Jenazah pendukung Ahok pun dipolitisir tak dishalatkan. Media Malaysia menyebut, Ahok "tewas" di tangan Anies Baswedan,

Permainan politik identitas ternyata tak juga berhenti meski Ahok telah dikalahkan. Budaya lokal diserang karena dianggap musyrik. Isu perbedaan agama dan sektarian terus diangkat dalam berbagai kesempatan. Perbedaan paham keagamaan diperuncing, menuduh syiah, komunis, kafir ke pihak-pihak yang dianggap musuh. Pertikaian politik diseret ke ranah pertarungan hak dan batil sambil membawa-bawa Perang Badar, masjid jadi tempat mengagitasi umat dan isu penguasa menzalimi rakyat digembor-geborkan dengan narasi penuh kebencian.

Aktor-aktornya tergolomg dalam satu kelompok saja, meski memakai beragam nama. Mereka para radikalis intoleran yang kerap menyudutkan Syiah atau Ahmadiyah. Ironinya, ada juga yang menyusup masuk ke MUI dan ditangkap Densus 88. Ketika ada yang ditangkap Densus 88, mereka kompak keriak-teriak kriminalisasi ulama. Sayangnya, ketika polisi akan memetakan masjid untuk mencegah penyebaran radikalisme, ditolak oleh Jusuf Kalla.

Tak aneh, mantan Kepala BNPT Ansyad Mbaai, sempat mengingatkan media agar tak mudah menyebut kriminalisasi ulama bila ada tokoh yang ditangkap Densus 88 Polri. Alasannya, radikalisme sudah menyusup ke berbagai kini dan penangkapan yang dilakukan Densus 88 Anti Teror pasti dilandasi alat bukti yang kuat. Menurut Ansyad Mbaai, aktor-aktor lapangan kelompok teroris Indonesia kini sudah menyatu dengan politisi. Karena itu, Ansyad Mbaai mengajak semua pihak untuk mengatasi radikalisme. Ansyad Mbaai juga mengingatkan bahwa kelompok politik yang membawa-bawa agama telah menimbulkan bahaya di Timur Tengah.

Pernyataan Ansyad Mbaai itu tidak salah. Faktanya, menurut data BNPT, ada 2000 lebih teroris lintas batas asal Indonesia yang berangkat berjihad ke Timur Tengah (Suriah dan Irak). Sementara para pendukungnya di Indonesia aktif menghimpun dana dengan topeng kotak amal maupun lewat digital. Di sisi lain, kelompok intoleran itu terus agresif mendelegitimasi pemerintah. Tentu ini menimbulkan tanya besar. Mungkinkah Indonesia akan dijadikan medan konflik seperti Suriah?

Muhammad Najih Arromadoni, alumnus Universitas Ahmad Kuftaro Damaskus yang juga Sekjen Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyamy) menyimpan banyak rahasia soal konflik di Timur Tengah. Melalui tagar #jangansuriahkanindonesia dia bicara dan menulis di banyak media menyampaikan warning dan berbahayanya kelompok-kelompok pro pemberontak Suriah yang membawa-bawa isu Sunni-Syiah untuk juga dibentrokkan di Indonesia. Dengan kapasitasnya sebagai Sekjen Ikatan Alumni Syam Indonesia (Alsyami) ia menyampaikan fakta sebenarnya yang terjadi di Suriah.

Semua refleksinya dirangkum dalam bukunya yang sudah terbit, "Tafsir Kebangsaan: Cinta Tanah Air, Toleransi dan Bela Negara dalam Alquran" sebagai upayanya memberikan pencerahan kepada masyarakat bagaimana bela negara dalam perspektif yang benar itu. Dalam dialog yang diposting id youtube Ismail Amin. Dalam dialog ini, nama Ustadz Bachtiar Nasir juga diungkit terkait pengimpunan dana yang disumbangkan ke pihak pemberontak di Surian.


Demikianlah Artikel Dari "Tewasnya" Ahok, Tumbuhnya Radikalisme, Hingga Penghimpun Dana Teroris: Ada Apa di Indonesia?

Sekianlah artikel Dari "Tewasnya" Ahok, Tumbuhnya Radikalisme, Hingga Penghimpun Dana Teroris: Ada Apa di Indonesia? kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Dari "Tewasnya" Ahok, Tumbuhnya Radikalisme, Hingga Penghimpun Dana Teroris: Ada Apa di Indonesia? dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2022/02/dari-tewasnya-ahok-tumbuhnya.html

Subscribe to receive free email updates: