Orang Tua Temani Anak Bermain Game, Ini Manfaatnya!
Orang Tua Temani Anak Bermain Game, Ini Manfaatnya!
- Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Orang Tua Temani Anak Bermain Game, Ini Manfaatnya! telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya.
Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru
Artikel Tips Sehat, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.
Judul : Orang Tua Temani Anak Bermain Game, Ini Manfaatnya!
link : Orang Tua Temani Anak Bermain Game, Ini Manfaatnya!
Judul : Orang Tua Temani Anak Bermain Game, Ini Manfaatnya!
link : Orang Tua Temani Anak Bermain Game, Ini Manfaatnya!
Motobalapan |
Sekarang ini berbagai jenis game sangat mudah diakses. Walaupun masih kecil, banyak anak sudah pandai menginstal sendiri game di gadget.
Orang tua harus hati-hati, banyak sebenarnya konten kekerasan yang tidak boleh dilihat anak-anak.
Photo credit: Shutterstock.com | By Syda Productions
Para ahli telah menjelaskan bahwa anak kecil sangat rentan terpengaruh adegan-adegan di game yang dimainkannya.
Selain resiko konten yang tidak baik, game juga dikahwatirkan bisa membuat anak kecanduan, hal ini beresiko menyebabkan anak mengalami kesulitan bersosialisasi.
Sayang sekali disaat teknologi yang sudah maju ini justru membuat anak lebih banyak menggunakan waktunya untuk bermain game.
Seorang anak dikatakan sudah kecanduan game ketika dirinya tidak lagi tertarik untuk berinteraksi dengan teman-teman sebayanya secara langsung.
Perlu diingat, berlebihan bermain game berdampak negatif terhadap masa depan anak-anak, termasuk akan rentan depresi dan tingkat kemampuan bersosialisasi-nya rendah.
Cukup sering terjadi anak-anak dan remaja yang sudah kecanduan game mengalami gangguan tidur, lupa waktu, kurang nafsu makan, bahkan mengisolasi diri.
Selain itu konten di dalam game akan sangat mempengaruhi anak. Jika game yang dimainkan buruk (misalnya: berisi kekerasan, p*rn*grafi, dsb), pastinya hal-hal seperti itu memberikan dampak buruk pada anak.
Tampilan kekerasan di video games dan segala animasi yang ditampilkan membuat anak cenderung berfantasi soal kekerasan.
Bagaimana Penyelesaiannya?
Orangtua harus mampu memilihkan game yang cocok untuk anak, kalau bisa yang memberikan dampak positif.
Berdikusilah dengan anak mengenai game yang ingin dimainkan.
Hindari game yang bersifat adiktif, lebih buruk lagi game yang hanya mencari skor/reward tertentu tapi tidak merangsang kecerdasan otak.
Para ahli menyarankan untuk mencari permainan yang bisa melatih kemampuan spasial, beberapa jenis game yang bisa ditawarkan pada anak seperti puzzle, teka-teki, mencari perbedaan gambar, mengenal huruf, angka, nama hewan, panet, dll
Adapun game seperti Mobile Legend dan semacamnya hendaknya dihindari karena bisa membuat kecanduan, hanya mencari skor/reward tapi tidak merangsang kecerdasan.
Jika ingin melatih kemampuan motorik anak, maka caranya bukan dengan bermain game, tapi hendaknya mengajak anak olahraga atau jalan-jalan di taman bermain.
Durasi bermain game hendaknya hanya 60 menit dalam sehari, maksimal dua jam. Jangan sampai anak dalam sehari bermain game lebih dari 2 jam.
Melarang anak 100% tidak boleh bermain game tampaknya tidak mungkin, apalagi jika anak kondisinya sudah sampai tahap kecanduan game.
Hal lain yang harus dilakukan orang tua:
- Dampingi anak, jangan malas untuk mendampinginya, ini demi perkembangan anak yang baik.
- Batasi akses internet dengan sehat, juga nonaktifkan wifi pada jam belajar, makan, istirahat/tidur.
- Sebaiknya buatlah aturan untuk semua anggota keluarga agar tidak menggunakan gadget saat waktu berkumpul bersama.
- Peka terhadap anak, perhatikan apakah terdapat tanda-tanda aneh pada anak akibat kencanduan game. Jangan sampai telat mendeteksi.
- Gelisah, mudah marah, ketegangan mata, migren/sakit kepala, mengisolasi diri merupakan tanda-tanda kecanduan game online.
- Ajak anak untuk melakukan aktivitas bagus seperti olah raga, membaca buku, menggambar, jalan-jalan di alam, dsb.
- Anak usia 0-2 tahun seharusnya belum diperkenalkan pada televisi, apalagi video games. Paparan jumlah informasi di layar yang sangat banyak membuat otak anak kesulitan untuk memprosesnya. Masalah yang bisa timbul yaitu lemahnya kemampuan anak dalam perhatian/fokus.
- Anak usia 2-6 tahun mungkin sudah bisa mengenal layar televisi, tapi hendaknya orang tua tidak mengenalkan gadget atau game pada anak usia ini.
- Pada anak usia 2-6 tahun lebih baik diajak untuk belajar membaca sembari juga bermain-main di luar rumah, kegiatan seperti ini lebih efektif untuk melatih otaknya.
- Anak usia 7 tahun ke atas sudah diperbolehkan bermain gadget/game, tapi hendaknya hanya satu jam dalam sehari.
- Jika ada hal buruk di dalam game yang dimainkan anak, segera beritahu anak bahwa itu tidak baik, kalau tidak diberitahu maka anak tidak akan mengerti.
- Buat aturan bahwa anak-anak tidak boleh bermain video games mendekati waktu tidur, karena bisa membuat susah tidur.
Orang tua harus hati-hati, banyak sebenarnya konten kekerasan yang tidak boleh dilihat anak-anak.
Photo credit: Shutterstock.com | By Syda Productions
Para ahli telah menjelaskan bahwa anak kecil sangat rentan terpengaruh adegan-adegan di game yang dimainkannya.
Selain resiko konten yang tidak baik, game juga dikahwatirkan bisa membuat anak kecanduan, hal ini beresiko menyebabkan anak mengalami kesulitan bersosialisasi.
Sayang sekali disaat teknologi yang sudah maju ini justru membuat anak lebih banyak menggunakan waktunya untuk bermain game.
Seorang anak dikatakan sudah kecanduan game ketika dirinya tidak lagi tertarik untuk berinteraksi dengan teman-teman sebayanya secara langsung.
Perlu diingat, berlebihan bermain game berdampak negatif terhadap masa depan anak-anak, termasuk akan rentan depresi dan tingkat kemampuan bersosialisasi-nya rendah.
Cukup sering terjadi anak-anak dan remaja yang sudah kecanduan game mengalami gangguan tidur, lupa waktu, kurang nafsu makan, bahkan mengisolasi diri.
Selain itu konten di dalam game akan sangat mempengaruhi anak. Jika game yang dimainkan buruk (misalnya: berisi kekerasan, p*rn*grafi, dsb), pastinya hal-hal seperti itu memberikan dampak buruk pada anak.
Tampilan kekerasan di video games dan segala animasi yang ditampilkan membuat anak cenderung berfantasi soal kekerasan.
Bagaimana Penyelesaiannya?
Orangtua harus mampu memilihkan game yang cocok untuk anak, kalau bisa yang memberikan dampak positif.
Berdikusilah dengan anak mengenai game yang ingin dimainkan.
Hindari game yang bersifat adiktif, lebih buruk lagi game yang hanya mencari skor/reward tertentu tapi tidak merangsang kecerdasan otak.
Para ahli menyarankan untuk mencari permainan yang bisa melatih kemampuan spasial, beberapa jenis game yang bisa ditawarkan pada anak seperti puzzle, teka-teki, mencari perbedaan gambar, mengenal huruf, angka, nama hewan, panet, dll
Adapun game seperti Mobile Legend dan semacamnya hendaknya dihindari karena bisa membuat kecanduan, hanya mencari skor/reward tapi tidak merangsang kecerdasan.
Jika ingin melatih kemampuan motorik anak, maka caranya bukan dengan bermain game, tapi hendaknya mengajak anak olahraga atau jalan-jalan di taman bermain.
Durasi bermain game hendaknya hanya 60 menit dalam sehari, maksimal dua jam. Jangan sampai anak dalam sehari bermain game lebih dari 2 jam.
Melarang anak 100% tidak boleh bermain game tampaknya tidak mungkin, apalagi jika anak kondisinya sudah sampai tahap kecanduan game.
Hal lain yang harus dilakukan orang tua:
- Dampingi anak, jangan malas untuk mendampinginya, ini demi perkembangan anak yang baik.
- Batasi akses internet dengan sehat, juga nonaktifkan wifi pada jam belajar, makan, istirahat/tidur.
- Sebaiknya buatlah aturan untuk semua anggota keluarga agar tidak menggunakan gadget saat waktu berkumpul bersama.
- Peka terhadap anak, perhatikan apakah terdapat tanda-tanda aneh pada anak akibat kencanduan game. Jangan sampai telat mendeteksi.
- Gelisah, mudah marah, ketegangan mata, migren/sakit kepala, mengisolasi diri merupakan tanda-tanda kecanduan game online.
- Ajak anak untuk melakukan aktivitas bagus seperti olah raga, membaca buku, menggambar, jalan-jalan di alam, dsb.
- Anak usia 0-2 tahun seharusnya belum diperkenalkan pada televisi, apalagi video games. Paparan jumlah informasi di layar yang sangat banyak membuat otak anak kesulitan untuk memprosesnya. Masalah yang bisa timbul yaitu lemahnya kemampuan anak dalam perhatian/fokus.
- Anak usia 2-6 tahun mungkin sudah bisa mengenal layar televisi, tapi hendaknya orang tua tidak mengenalkan gadget atau game pada anak usia ini.
- Pada anak usia 2-6 tahun lebih baik diajak untuk belajar membaca sembari juga bermain-main di luar rumah, kegiatan seperti ini lebih efektif untuk melatih otaknya.
- Anak usia 7 tahun ke atas sudah diperbolehkan bermain gadget/game, tapi hendaknya hanya satu jam dalam sehari.
- Jika ada hal buruk di dalam game yang dimainkan anak, segera beritahu anak bahwa itu tidak baik, kalau tidak diberitahu maka anak tidak akan mengerti.
- Buat aturan bahwa anak-anak tidak boleh bermain video games mendekati waktu tidur, karena bisa membuat susah tidur.
Demikianlah Artikel Orang Tua Temani Anak Bermain Game, Ini Manfaatnya!
Sekianlah artikel Orang Tua Temani Anak Bermain Game, Ini Manfaatnya! kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Orang Tua Temani Anak Bermain Game, Ini Manfaatnya! dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2019/05/orang-tua-temani-anak-bermain-game-ini.html