Masyarakat di berbagai negara ini gemar memakan tikus

Masyarakat di berbagai negara ini gemar memakan tikus - Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Masyarakat di berbagai negara ini gemar memakan tikus telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya. Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru Artikel Trending, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.

Judul : Masyarakat di berbagai negara ini gemar memakan tikus

link : Masyarakat di berbagai negara ini gemar memakan tikus

Motobalapan |

Pada umumnya, orang merasa jijik jika melihat tikus. Namun di kalangan tertentu, ada yang menjadikan tikus sebagai makanan yang lezat. Hal itu dapat ditemu di berbagai negara dengan latar belakang yang beragam. Ada pemakan tikus akibat pengaruh kemiskinan, tapi ada juga pemakan tikus karena sudah menjadi tradisi nenek moyang. Siapakah mereka yang gemar memakan tikus? Berikut hasil rangkuman dari berbagai sumber.

Sejarah manusia memakan tikus
Sejarah manusia makan tikus sudah ada sejak beberapa abad lalu. Menurut penelitian akademis dari Universitas Nebraska, Lincoln, tikus menjadi makanan pada Dinasti Tang (618-907 M) dan disebut “rusa rumahan”. Sampai 200 tahun lalu, tikus dimakan oleh banyak etnis Polynesia, termasuk bangsa Maori dari Selandia Baru. tikus yang mereka makan adalah jenis kiore atau Rattus exulans, kerabat dekat tikus rumah.

Jim Williams, peneliti dari Universitas Otago Selandia Baru, mengatakan: “Di masa pra-Eropa, Pulau Selatan Selandia Baru adalah sumber utama kiore, yang diawetkan dan dimakan dalam jumlah besar, terutama pada musim dingin.”

Grant Singleton, peneliti dari Institut Penelitian Beras Internasional (IRRI) Filipina, mengungkapkan bahwa dalam Ensiklopedia Selandia Baru, kiore adalah hidangan untuk menjamu tamu, dan bahkan digunakan sebagai mata uang, ditukarkan pada upacara pernikahan. Tikus juga secara reguler dimakan di Kamboja, Laos, Myanmar, sebagian Filipina dan Indonesia, Thailand, Ghana, Cina, dan Vietnam.

Singleton mengaku sudah makan daging tikus sedikitnya enam kali di Delta Mekong, Vietnam. Dan rasanya? “Kalau tikus sawah, rasanya lebih tebal, seperti kelinci,” katanya. Singleton juga pernah makan tikus di dataran tinggi Laos dan di delta di Myanmar. Di Laos, menurutnya, petani di provinsi dataran tinggi di utara bisa mengidentifikasi sedikitnya lima spesies tikus dari rasanya.

Di Afrika, beberapa komunitas punya tradisi lama makan tikus. Di Nigeria, misalnya, tikus raksasa Afrika adalah favorit bagi semua kelompok etnis, kata Mojisola Oyarekua, dari Universitas Sains dan Teknologi Ifaki-Ekiti (Usti) Nigeria. “(Tikus) dianggap hidangan istimewa dan lebih mahal jika dibandingkan dengan daging sapi atau ikan. Rasanya lezat dan bisa dipanggang, dikeringkan, atau direbus,” katanya.

Pembawa acara TV Inggris Stefan Gates sudah pergi keliling dunia dan bertemu dengan orang-orang yang menggunakan sumber makanan tak biasa. Di luar kota Yaounde, di Kamerun, dia menemukan peternakan kecil tikus tebu, spesies yang menurutnya, “mirip seperti anjing kecil, pemarah, dan buas”. Buas, tapi juga lezat. Menurut Gates, tikus ini adalah hidangan spesial karena lebih mahal dari ayam atau sayuran.

Dan seperti apa rasanya? “Daging terlezat yang pernah saya makan seumur hidup saya,” katanya. Gates ingat, daging tikus tersebut direbus dengan tomat, dan teksturnya “mirip daging babi, tapi sangat lembut, seperti bahu babi yang dimasak lama.” Luar biasa lembut, empuk dan lezat, sup daging tikus tersebut “sangat kental dan kenyal, dengan lapisan lemak yang lumer dengan pas.”

Di negara bagian Bihar di India, Gates menghabiskan waktu dengan kasta Dalit, salah satu kasta termiskin di India. Orang-orang yang dia temui, oleh warga setempat, dijuluki ‘pemakan tikus’. Mereka menggarap lahan milik juragan tanah yang kaya dan berasal dari kasta lebih tinggi agar bisa menangkap tikus yang menjadi hama lahan.

Menurut Gates, tikus-tikus kecil ini sangat lembut dan rasanya mirip seperti ayam kecil atau burung dara. Satu-satunya yang kurang mengenakkan adalah bau rambut terbakar — untuk menghindari daging atau kulit terbuang, maka tikus dipanggang secara utuh, untuk membakar bulunya. Dan proses ini menghasilkan “bau yang luar biasa busuk”, kata Gates, dan ada “rasa pahit di bagian kulitnya”. Tapi bagian dalamnya baik-baik saja. “Daging dan kulit di bagian dalam tikus benar-benar lezat,” katanya.

Kebiasaan makan tikus di India
Di India, tepatnya di negara bagian Bihar, terdapat kaum Musahars atau Pemakan Tikus. Mereka tersebar di desa-desa terpencil di antaranya di Phekan, di desa Alampur Gonpura, dan di desa Kubaul di distrik Darbhanga.

Hidup dari memburu dan memakan tikus setiap hari bukanlah karena tradisi, tapi karena kemiskinan yang teramat parah. Para Musahars bahkan disebut sebagai yang termiskin dari yang termiskin di India. Bahkan kasta Dalith yang selama ini dikenal sebagai kasta termiskin di India, masih memandang rendah Musahars.

"Mereka yang termiskin di antara yang termiskin dan sangat jarang terdengar atau mendapat akses kepada skema bantuan pemerintah," kata Sudha Varghese, aktivits yang menghabiskan tiga dekade hidupnya bekerja bersama-sama kaum Musahars di Bihar, seperti dikutip dari South China Morning Post, 7 Desember 2017.

Sejumlah bocah masyarakat Musahar terlihat tidak mengenakan pakaian usai mencari makanan di ladang di Bihar, India. Masyarakat Musahar hidup dalam kemiskinan akut dan sebagian besar anak-anak di sini tidak mengenakan pakaian karena kekurangan uang. aljazeera.com

Selama berpuluh tahun, komunitas Musahars hidup dari menyantap tikus dengan cara sederhana, memanggangnya  di atas kayu api di atas tanah. Lalu mereka beramai-ramai memakannya. Anak-anak dengan tubuh kurus perut buncit dengan pakaian tak layak pakai dan hampir telanjang menikmati tikus panggang.

Setiap Musharas termasuk anak-anak dengan mudah akan menjelaskan bagaimana cara memasak tikus. Mereka sudah terbiasa. Dan untuk menambah rasa daging tikus yang dipanggang, mereka menambahkan garam dan minyak biji sesawi. Anak-anak itu tidak bersekolah. Tidak ada sekolah di sekitar kampung mereka. Begitu juga pusat layanan kesehatan berkilometer-kilometer jauhnya, listrik padam, dan tidak ada bantuan untuk mengasah ketrampilan mereka. Alhasil, mereka menganggur selama hidupnya. Mereka mencari makan hanya sebagai petani kasar. Selebihnya jadi pemburu tikus.

"Kami duduk di rumah sepanjang hari tanpa melakukan apa-apa. Beberapa hari kami bekerja di pertanian, dan di lain hari kami mencari tikus dan memakannnya dengan sedikit gandum yang bisa kami dapatkan," kata Rakesh Manjhi, 28 tahun, asal desa Alampur Gonpura.

Pendiri sekolah untuk anak laki-laki Musahars, J.K Sinha menuturkan, awal bertemu ia menyaksikan warga Musharas tinggal di pondok kecil bersama babi-babi dan kotoran hewan. "Mengagetkan. Tidak manusiawi. Saya tak akan pernah melupakannya," ujar Sinha.

Perubahan muncul ketika anak-anak Musahars mulai dewasa dan mengubah nasib dengan meninggalkan rumahnya bekerja sebagai buruh murah di kota sekitar. Namun diskriminasi di segala sisi kehidupan kaum Musahars tidak berubah.

Seorang wanita masyarakat Musahar memperlihatkan makanan hasil tangkapannya, ikan dan siput di Bihar, India. Penduduk Musahar berada di urutan terbawah dalam sistem kasta di India, dengan tingkat melek huruf dan perdapatan per kepala terendah. aljazeera.com

Di bidang kesehatan misalnya, mereka mengalami diskriminasi yang mengerikan. Hampir 60 persen anak yang dilahirkan meninggal sebelum berusia 1 tahun. Penderita kusta menjadi pemandangan sehari-hari di sana. Begitu juga penderita busung lapar parah.

Kusum Lal, 72 tahun, menuturkan tak satupun politisi pernah datang mengunjungi desanya. Mereka dilirik hanya lima tahun sekali, saat kampanye pemilu berlangsung. Itu saja. Sehingga mereka bertekad tidak akan memberikan suaranya dalam pemilu mendatang hingga kondisi desa mereka lebih baik dari sekarang.

"Semua desa tetangga telah dialiri listrik, namun kami masih hidup dengan kondisi tidak beradab. Tak ada sekolah dan sekolah terdekat berjarak 2 kilometer jauhnya. Anak-anak terpaksa menyeberangi sungai untuk bersekolah. Selama musim hujan, desa kami terputus karena tidak ada jalan untuk mencapai desa kami. Tuntutan kami adalah road nahi, toh vote nahi, tak ada jalan, tak ada suara," ujar pria uzur ini, seperti dikutip dari Al Jazeera.

Tidak jelas kenapa kaum Musahars yang berjumlah sekitar 2,5 juta ini diabaikan oleh pemerintah India. Hingga mereka terpaksa bertahan hidup dengan memburu dan menyantap tikus, setiap hari!

Kebiasaan makan tikus di Vietnam
Warga Vietnam telah terbiasa makan daging tikus sejak dahulu kala. Itu bukan berarti karena mereka tidak punya pilihan lain, tapi karena mereka memang menyukainya. Bedanya, tikus yang dimakan orang Vietnam bukan tikus sembarangan. Mereka tidak akan mengonsumsi tikus-tikus yang hidup liar di kota, apalagi bila tikus-tikus itu makan sampah dan berkeliaran di saluran pembuangan. Menurut WorldofBuzz, biasanya orang Vietnam mengkonsumsi tikus yang ditangkap di sawah. Karena tikus sawah memakan beras, sama seperti kita, tikus-tikus itu dianggap 'bersih' dan aman dikonsumsi. Tikus sawah mungkin hama yang merusak tanaman tapi para petani tetap menyukai dagingnya.

Tapi karena permintaannya yang tinggi, sekarang dijual secara terbuka di pinggir jalanan di Vietnam.
Karena popularitasnya warga Vietnam pun menciptakan beragam masakan dengan menggunakan daging tikus. Bisa digoreng, dimasak sup asam pedas, kari dan bahkan dipanggang!

Sebagian besar dari orang-orang yang pernah makan daging tikus mengatakan dagingnya terasa gurih dan agak manis. Harganya pun tak mahal, satu kilogram daging tikus dihargai sekitar Rp 27ribu. Sekali makan, seseorang bisa dengan mudah makan tujuh ekor tikus.

Uninya, di antara mereka yang memakan tikus ada yang percaya bahwa daging tikus punya khasiat tertentu. Ada yang merebus tikus dengan ramuan tumbuhan dan sayuran untuk menyembuhkan sakit punggung bagian bawah. Selain itu, para wanita juga percaya bahwa daging tikus mengandung banyak asam amino esensial. Para wanita percaya daging tikus dapat membuat mereka terlihat lebih muda dan lebih cantik. Dengan kata lain, nutrisi dari daging tikus setara dengan suplemen kulit mereka.




Demikianlah Artikel Masyarakat di berbagai negara ini gemar memakan tikus

Sekianlah artikel Masyarakat di berbagai negara ini gemar memakan tikus kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Masyarakat di berbagai negara ini gemar memakan tikus dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2017/12/masyarakat-di-berbagai-negara-ini-gemar.html

Subscribe to receive free email updates: