Kisah Pemburu Badai, Kewajiban Menuntut Ilmu, dan Ibadah di Dunia

Kisah Pemburu Badai, Kewajiban Menuntut Ilmu, dan Ibadah di Dunia - Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Kisah Pemburu Badai, Kewajiban Menuntut Ilmu, dan Ibadah di Dunia telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya. Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru Artikel Trending, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.

Judul : Kisah Pemburu Badai, Kewajiban Menuntut Ilmu, dan Ibadah di Dunia

link : Kisah Pemburu Badai, Kewajiban Menuntut Ilmu, dan Ibadah di Dunia

Motobalapan |

Demi mengungkap rahasia alam dan ilmu pengetahuan, kadang ada orang yang nekat mempertaruhkan jiwa raganya. Kenekatan itu setidaknya pernah ditunjukkan kelumpok pemburu badai (tornado), yakni; Tim Samaras, Paul Samaras, dan Carl Yong. Sayangnya, kenekatan mereka berrtiga dalam menggali ilmu pengetahuan tentang badai itu akhirnya membuat mereka bertiga harus tewas di tengah badai pada 2013 silam.

Pertanyaannya, apakah kenekatan dan pengorbanan mereka hanya akan sia-sia belaka? Saya berani yakin, kenekatan dan pengorbanan mereka tidaklah sia-sia. Paling tidak, kenekatan dan pengorbanan mereka juga akan dicatat sebagai ibadah yang akan membuat mereka semua mendapat pahala dari Tuhan. Kenapa demikian? Karena apa yang dikerjakan para pemburu tornado itu adalah bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat memberikan manfaat bagi banyak orang, terutama dalam pengetahuan prakiraan cuaca dan pengembangan pengetahuan dalam hal mitigasi bencana.

Perjuangan Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Lihat saja rekam jejak para kelumpok pemburu tornado tersebut dalam dokumen National Geographic. Tim Samaras misalnya, selama ini menghabiskan waktunya mengejar tornado untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Ia mengembangkan dan menempatkan piranti hasil rancangannya sendiri ke jalur tornado demi pengukuran data internal siklon. "Data dari piranti ini membantu kita memahami dinamika tornado dan bagaimana mereka terbentuk," ujar Samaras dalam wawancara terakhirnya pada National Geographic pada 21 Mei 2013.

Dari hasil pemburuannya terhadap teka-teki tornado itu, menurut Samaras, kita jadi bisa membuat prakiraan tepat dan akhirnya membantu masyarakat dalam peringatan awal dalam mitigasi bencana. Samaras yang berlatar pendidikan insinyur ini, terinspirasi pada tornado setelah menyaksikan film klasik, The Wizard of Oz. Sejak saat itu tornado menjadi fokus utama dalam hidupnya.

Ketika aktif sebagai pemburu tornado, Samaras bukan hanya mempertaruhkan keselamatannya, tapi dia juga harus menghadapi kesulitan keuangan. Apalagi, peralatan yang dia pakai untuk merekam segala teka-teki dalam bada tersebut terbilang mahal.  "Instrumen-instrumen ini mahal. Tapi banyak desain dari pembangunan alat-alat ini saya lakukan sendiri," ujarnya.

Menurut Samaras, hanya kamera berkecepatan tinggi yang tidak ia rancang sendiri. Dengan bekal peralatan rancangannya itulah, Tim Samaras sering berjibaku mengejar badai bersama Paul (amaknya) dan Carl Yong. Celakanya, perjuangan mereka dalam mengugkap teka-teki tornado, harus berakhir saat memburu tornado di Oklahoma, Amerika Serikat. pada 31 Mei 2013. Tim Samaras, tewas dalam tugas. Demikian pula Paul (putra Samaras) dan Carl Yong. "Mereka tewas dalam melakukan apa yang mereka cintai," kata Jim, saudara laki-laki Samaras,  

Terry Garcia, Wakil Presiden Eksekutif National Geographic Society, menilai, Samaras merupakan peneliti berani dan pintar. Ia tidak pernah takut mengejar tornado demi mengenal lebih dekat fenomena tersebut. "Kematian Tim jadi pengingat bagaimana pria dan wanita yang bekerja pada kami menghadapi risiko secara reguler," kata Garcia seperti dilansir dalam National Geographic News).

Ilmu Pengetahuan dan Ibadah
Saya tidak tahu, para pemburu tornado yang tewas dalam tugas tersebut, memeluk agama apa. Meski begitu, Saya yakin apa yang mereka lakukan dan perjuangkan dalam pengemabangn ilmu pengetahuan adalah bagian dari ibadah. Keyakinan Saya itu didasari oleh pemahaman Saya terhadap ajaran agama Islam. 

Setidaknya, dalam Al-Qur'an maupun Al-Hadis, ada beberapa nas yang menjelaskan kewajiban menuntut ilmu, baik bagi laki-laki ataupun perempuan. Tujuan diwajibkannya mencari ilmu tiada lain yaitu agar kita menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan atau kebodohan.
Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan bertanya, melihat, ataupun mendengar. 

Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadis Nabi Muhammad saw.:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلٰى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ . (رواه ابن عبد البر)

"Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan."  (HR. Ibn Abdul Barr)

Dari hadis di atas dapat kita ambil pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya untuk menuntut ilmu, baik bagi laki-laki ataupun perempuan. Dengan ilmu yang dimilikinya, seseorang dapat mengetahui segala bentuk kemaslahatan dan jalan kemanfaatan. Dengan ilmu pula, ia dapat menyelami hakikat alam, mengambil pelajaran dari pengalaman yang didapati oleh umat terdahulu, baik yang berhubungan dengan masalah-masalah akidah, ibadah, ataupun yang berhubungan dengan persoalan keduniaan.  Nabi Muhammad saw. bersabda:

مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ اَرَادَ الْاٰخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ اَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ. (متفق عليه)

"Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia memiliki ilmunya pula; dan barang siapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-keduanya pula." (HR.Bukhari dan Muslim)

Islam mewajibkan kita untuk menuntut berbagai macam ilmu dunia yang memberi manfaat dan dapat menuntun kita mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan dunia. Hal tersebut dimaksudkan agar tiap-tiap muslim tidak picik, dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi segenap manusia yang ada di dunia ini dalam batasan yang diridhai oleh Allah swt.

Catatan Pelajaran dari Pemburu Badai
Akhir kata, perjuangan dan pengorbanan yang telah ditunjukkan para pemburu badai di atas, setidaknya telah memberikan pelajaran berharga bahwa untuk beribadah ternyata tidak harus mengaku sebagai pembela agama. Tapi cukup melakukan kerja-kerja nyata yang hasilnya bisa memberikan manfaat kepada banyak orang. Perjuangan serupa setidaknya juga telah dilakukan para ilmua lainnya, seperti Thomas Alfa Edison ketika berjuang menemukan listrik atau James Watt ketika berjuang menemukan mesin. Apa jadinya dunia ini jika tidak ada ilmua yang menemukan listrik dan mesin? Apa jadinya nasib pesawat terbang jika penerbangannya dilakukan asal-aslan tanpa didukung ilmu pengetahuan tentang cuaca seperti yang dikembangkan para pemburu badai?
Pendek kata, untuk beribadah dengan baik, ternyata kita tidak harus mengaku sebagai pembela agama atau pembela Tuhan. Tapi cukup menunjukkan apa hasil kerjamu yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Bukan begitu? (sutrisno budiharto)

Demikianlah Artikel Kisah Pemburu Badai, Kewajiban Menuntut Ilmu, dan Ibadah di Dunia

Sekianlah artikel Kisah Pemburu Badai, Kewajiban Menuntut Ilmu, dan Ibadah di Dunia kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Kisah Pemburu Badai, Kewajiban Menuntut Ilmu, dan Ibadah di Dunia dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2017/12/kisah-pemburu-badai-kewajiban-menuntut.html

Subscribe to receive free email updates: