Awas, ada hoax soal cabai dan tikus yang dikaitkan dengan difteri
Awas, ada hoax soal cabai dan tikus yang dikaitkan dengan difteri
- Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Awas, ada hoax soal cabai dan tikus yang dikaitkan dengan difteri telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya.
Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru
Artikel Trending, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.
Judul : Awas, ada hoax soal cabai dan tikus yang dikaitkan dengan difteri
link : Awas, ada hoax soal cabai dan tikus yang dikaitkan dengan difteri
Judul : Awas, ada hoax soal cabai dan tikus yang dikaitkan dengan difteri
link : Awas, ada hoax soal cabai dan tikus yang dikaitkan dengan difteri
Motobalapan |
Beberapa waktu yang lalu beredar viral sebuah video cabai kering yang dipenuhi tikus di media sosial. Dalam keterangan video dikatakan itu adalah penyebab banyaknya orang meninggal karena penyakit difteri. Informasi tersebut itu beredar luas lewat Facebook dan grup WhatsApp dengan disertai pesan yang berbunyi:
Dalam video singkat yang beredar luas itu memperlihatkan tumpukan cabai kering di tanah. Yang membuat bergidik, ada sejumlah tikus yang lalu-lalang di tumpukan cabai kering itu. Tidak diketahui pasti lokasi dan waktu pengambilan video tersebut. Namun ada yang menyebut video itu tidak diambil di Indonesia, melainkan di India.
Tapi benarkah tikus bisa menularkan penyakit difteri?
Sebuah akun facebook bernama Indonesian Hoaxes mengklaim bahwa informasi tersebut hanya hoax semata. Melalui unggahannya, (21/12), akun tersebut memberikan penjelasan mengenai penyakit difteri yang dihubungkan dengan video yang viral. "Dalam informasi yang tersebar disebutkan jika kencing tikus dihubungkan dengan penyakit difteri.
Hal ini merupakan informasi yang sangat keliru karena penyebab penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Corynebacterium diphtheriae adalah bakteri patogen yang menyebabkan difteri.
Bakteri ini dikenal juga sebagai basillus Klebs-Löffler karena ditemukan pada 1884 oleh bakteriolog Jerman, Edwin Klebs (1834-1912) dan Friedrich Löffler (1852-1915).
Penyebaran bakteri ini dapat terjadi dengan mudah, terutama bagi orang yang tidak mendapatkan vaksin difteri.
Ada sejumlah cara penularan yang perlu diwaspadai, seperti:
⁃ Terhirup percikan ludah penderita di udara saat penderita bersin atau batuk. Ini merupakan cara penularan difteri yang paling umum.
⁃ Barang-barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, contohnya mainan atau handuk.
⁃ Sentuhan langsung pada luka borok (ulkus) akibat difteri di kulit penderita.
Penularan ini umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan yang padat penduduk dan kebersihannya tidak terjaga.
Bakteri difteri akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel-sel sehat dalam tenggorokan, sehingga akhirnya menjadi sel mati.
Sel-sel yang mati inilah yang akan membentuk membran (lapisan tipis) abu-abu pada tenggorokan.
Di samping itu, racun yang dihasilkan juga berpotensi menyebar dalam aliran darah dan merusak jantung, ginjal, serta sistem saraf.
Dalam Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia memang difteri telah menyebabkan kematian terutama untuk anak dan hal ini menjadikan Indonesia sebagai darurat difteri.
Untuk penyakit yang disebabkan oleh kencing tikus dinamakan Leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri berbentuk spiral yang disebut Leptospira interrogans.
Bakteri leptospirosis terkandung di dalam air kencing, darah, atau jaringan dari hewan pengerat, dan Anda dapat terkena leptospirosis karena bersinggungan dengan sumber-sumber yang terinfeksi ini.
Namun selain hewan pengerat seperti tikus hewan seperti sapi, anjing, reptil dan hewan amfibi juga dapat menjadi sumber sehingga saat penting untuk yang memelihara binatang terutama anjing untuk memberikan vaksin teratur.
Mengenai video yang beredar di masyarakat atas cabai yang terdapat tikus saat dilakukan pencarian banyak ditemukan video serupa dan menujukkan jika hal ini terjadi di India untuk hal ini belum dapat dipastikan
karena tidak terdapat petunjuk yang lebih lanjut mengenai lokasi dan waktu diambilnya dari video yang berdurasi kurang dari satu menit atau jika video tersebut merupakan editan tersebut yang beredar di media sosial.
Selain itu mengenai cabe bubuk yang terindikasi penyakit kencing tikus hal ini juga belum terbukti kebenaran infonya.
Jadi sangat diharapkan agar netizen tidak termakan isu dan menyebar informasi yang belum tentu benar dan yang dapat merugikan orang." tulis akun tersebut dalam keterangan panjang postingannya.
(http://bit.ly/2j3cFG7 Rahmawati P.)
Beberapa waktu yang lalu beredar viral sebuah video cabai kering yang dipenuhi tikus di media sosial. Dalam keterangan video dikatakan itu adalah penyebab banyaknya orang meninggal karena penyakit difteri. Informasi tersebut itu beredar luas lewat Facebook dan grup WhatsApp dengan disertai pesan yang berbunyi:
"SEBARKAN!!!!!!
Hati2 jangan jajan yang pakai cabe bubuk, penuh penyakit dr kencing tikus, kasusnya banyak yang meninggal karena penyakit difteri. Jangan jajan pake cabe kering ya seperti cabe di tahu bulat, otak2, dsb. pokoknya jangan pake cabe bumbu kering..."
Dalam video singkat yang beredar luas itu memperlihatkan tumpukan cabai kering di tanah. Yang membuat bergidik, ada sejumlah tikus yang lalu-lalang di tumpukan cabai kering itu. Tidak diketahui pasti lokasi dan waktu pengambilan video tersebut. Namun ada yang menyebut video itu tidak diambil di Indonesia, melainkan di India.
Tapi benarkah tikus bisa menularkan penyakit difteri?
Sebuah akun facebook bernama Indonesian Hoaxes mengklaim bahwa informasi tersebut hanya hoax semata. Melalui unggahannya, (21/12), akun tersebut memberikan penjelasan mengenai penyakit difteri yang dihubungkan dengan video yang viral. "Dalam informasi yang tersebar disebutkan jika kencing tikus dihubungkan dengan penyakit difteri.
Hal ini merupakan informasi yang sangat keliru karena penyebab penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Corynebacterium diphtheriae adalah bakteri patogen yang menyebabkan difteri.
Bakteri ini dikenal juga sebagai basillus Klebs-Löffler karena ditemukan pada 1884 oleh bakteriolog Jerman, Edwin Klebs (1834-1912) dan Friedrich Löffler (1852-1915).
Penyebaran bakteri ini dapat terjadi dengan mudah, terutama bagi orang yang tidak mendapatkan vaksin difteri.
Ada sejumlah cara penularan yang perlu diwaspadai, seperti:
⁃ Terhirup percikan ludah penderita di udara saat penderita bersin atau batuk. Ini merupakan cara penularan difteri yang paling umum.
⁃ Barang-barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, contohnya mainan atau handuk.
⁃ Sentuhan langsung pada luka borok (ulkus) akibat difteri di kulit penderita.
Penularan ini umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan yang padat penduduk dan kebersihannya tidak terjaga.
Bakteri difteri akan menghasilkan racun yang akan membunuh sel-sel sehat dalam tenggorokan, sehingga akhirnya menjadi sel mati.
Sel-sel yang mati inilah yang akan membentuk membran (lapisan tipis) abu-abu pada tenggorokan.
Di samping itu, racun yang dihasilkan juga berpotensi menyebar dalam aliran darah dan merusak jantung, ginjal, serta sistem saraf.
Dalam Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia memang difteri telah menyebabkan kematian terutama untuk anak dan hal ini menjadikan Indonesia sebagai darurat difteri.
Untuk penyakit yang disebabkan oleh kencing tikus dinamakan Leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri berbentuk spiral yang disebut Leptospira interrogans.
Bakteri leptospirosis terkandung di dalam air kencing, darah, atau jaringan dari hewan pengerat, dan Anda dapat terkena leptospirosis karena bersinggungan dengan sumber-sumber yang terinfeksi ini.
Namun selain hewan pengerat seperti tikus hewan seperti sapi, anjing, reptil dan hewan amfibi juga dapat menjadi sumber sehingga saat penting untuk yang memelihara binatang terutama anjing untuk memberikan vaksin teratur.
Mengenai video yang beredar di masyarakat atas cabai yang terdapat tikus saat dilakukan pencarian banyak ditemukan video serupa dan menujukkan jika hal ini terjadi di India untuk hal ini belum dapat dipastikan
karena tidak terdapat petunjuk yang lebih lanjut mengenai lokasi dan waktu diambilnya dari video yang berdurasi kurang dari satu menit atau jika video tersebut merupakan editan tersebut yang beredar di media sosial.
Selain itu mengenai cabe bubuk yang terindikasi penyakit kencing tikus hal ini juga belum terbukti kebenaran infonya.
Jadi sangat diharapkan agar netizen tidak termakan isu dan menyebar informasi yang belum tentu benar dan yang dapat merugikan orang." tulis akun tersebut dalam keterangan panjang postingannya.
(http://bit.ly/2j3cFG7 Rahmawati P.)
Demikianlah Artikel Awas, ada hoax soal cabai dan tikus yang dikaitkan dengan difteri
Sekianlah artikel Awas, ada hoax soal cabai dan tikus yang dikaitkan dengan difteri kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Awas, ada hoax soal cabai dan tikus yang dikaitkan dengan difteri dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2017/12/awas-ada-hoax-soal-cabai-dan-tikus-yang.html