Sejarah Awal Pembangunan Jalur Kereta Api di Indonesia

Sejarah Awal Pembangunan Jalur Kereta Api di Indonesia - Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Sejarah Awal Pembangunan Jalur Kereta Api di Indonesia telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya. Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru Artikel Trending, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.

Judul : Sejarah Awal Pembangunan Jalur Kereta Api di Indonesia

link : Sejarah Awal Pembangunan Jalur Kereta Api di Indonesia

Motobalapan |
Pada pertengahan abad XIX, proses modernisasi teknologi terjadi di Belanda. Salah satunya adalah bidang transportasi, yang mengalami revolusi teknologi dengan penggunaan kereta api untuk pertama kali sebagai alat penghubung antarkota pada 1842. Keberhasilan perusahaan kereta api dalam mengeruk keuntungan dan animo publik yang semakin tinggi terhadap jenis transportasi ini, telah mendorong Pemerintah Belanda berpikir untuk juga menerapkannya ke tanah Koloni Hindia Belanda. Tujuan utamanya adalah untuk mendukung pengangkutan hasil bumi yang diproduksi lewat Tanam Paksa, sekaligus sebagai sarana politis untuk memperkuat kontrol pemerintah di pedalaman Jawa.

Akan tetapi proses pembukaan jalur kereta api ini tidak mudah dilakukan di tanah koloni. Ada perdebatan antara siapa pelaku pertama, apakah pemerintah atau swasta. Mengingat pada masa itu posisi pemerintah kolonial masih sangat dominan, ada keberatan bila modal swasta mengelola jaringan kereta api. Namun, dengan kemunduran hasil Tanam Paksa sejak awal 1850-an, keuangan Negara tidak mampu menutup tuntutan modal. Sebagai konsekuensinya, modal swasta harus dilibatkan. Melibatkan modal swasta memerlukan landasan hukum yang jelas untuk pengaturan semua kinerjanya. Oleh karena itu, 1866 untuk pertama kalinya Undang-Undang Perkeretaapian di Hindia Belanda dikeluarkan.

Setelah peraturan dikeluarkan, persoalan baru muncul mengenai jalur mana yang akan dipasang untuk pertama kalinya. Berdasarkan pertimbangan politik, dan kemudian juga ekonomi, Batavia-Buitenzorg dan Semarang-Vorstenlanden menjadi pilihan. Kedua jalur ini dianggap sebagai memiliki arti penting karena menghubungkan lokasi strategis dalam struktur kolonial di Hindia Belanda. Namun demikian, mengingat sampai akhir 1860-an modal negara tidak siap untuk melakukan pembukaan, Pemerintah Belanda harus menerima partisipasi swasta untuk mewujudkan jaringan pada kedua jalur tersebut. 

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Nomor 1, Tanggal 28 Agustus 1862, Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) memperoleh konsesi untuk pembuatan jalan kereta api dari Semarang ke Surakarta dan Yogyakarta. Persetujuan konsesi didasarkan pada kenyataan bahwa Semarang Selatan, Surakarta, dan Yogyakarta merupakan daerah penghasil komoditi ekspor antara lain kayu, tembakau, dan gula yang harus dibawa ke pelabuhan Semarang. Pada 1864, Poolman dan kawan-kawannya kembali memperoleh konsesi untuk memasang dan mengeksploitasi jalan rel di daerah Jawa Barat, yakni untuk jalur Batavia-Buitenzorg. Konsesi pembangunan jalan rel dan pengoperasian kereta api jalur Batavia-Buitenzorg diperoleh NISM melalui Gouvernement Besluit (Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tertanggal 27 Maret 1868). 

Jalur rel kereta api pertama yang dibangun NISM mencapai 26 kilometer, dari Semarang hingga Tanggung (Purwodadi). Pelaksanaan pembangunan dimulai di desa Kemijen Semarang pada tanggal 17 juni 1864 . Proses pembangunannya dipimpin oleh JP de Bordes dan diresmikan oleh Gubernur Jenderal HIndia Belanda , LAJ Baron Sloet van den Beele. Layanan kereta api dimulai 10 Agustus 1867. 

Sedang pembangunan jalur kereta api dari Batavia ke Buitenzorg baru dimulai pada tahun 1868. Pemasangan rel dilakukan sejak bulan April 1869 dan selesai pada tanggal 31 Januari 1873. Jalur yang dilewati terbentang mulai dari Weltevreden hingga Buitenzorg dan melewati tengah daerah Depok. 

Pada tahun 1872 jalur kereta api sudah sampai di Yogyakarta, dengan stasiun Lempuyangan sebagai tempat pemberhentian kereta api. Stasiun ini diresmikan pada tanggal 2 Maret 1872 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Sekitar 15 tahun kemudian disusul dengan diresmikannya Stasiun Tugu oleh perusahaan kereta api milik negara Belanda, Staatsspoor-en Tramwegen (SS) pada 12 Mei 1887. Pada tahun 1888, delapan jalur utama kereta telah beroperasi, semuanya di Jawa, dan kelima belas kota besar di pulau itu telah memiliki sambungan kereta api. Pada masa itu, Semarang sebagai kota besar di Jawa Tengah dilayani oleh tiga perusahaan kereta api swasta terkemuka, yaitu: Nederlandsch-Indische Spoorwegmaatschappij (NIS), Samarang- Joana Stoomtram Maatschappij (SJS) dan Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS).

Pada 1873, jalur kereta api jurusan Semarang - Yogyakarta sudah beroperasi melewati Surakarta menempuh jarak 205 kilometer. Jalur cabang dari Kedungjati ke Stasiun Willem I (sekarang Museum KA Ambarawa) pada tahun yang sama juga mulai dibuka. Selain membuka jalur sepanjang 56 km menghubungkan Batavia (sekarang Jakarta) dan Buitenzorg (sekarang Bogor), NIS juga membuka jalur lain seperti jurusan Bandung - Surabaya.

Perusahaan kereta api era kolonial Belanda
Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij adalah salah satu perusahaan kereta api di Hindia Belanda yang didirikan pada tanggal 27 Agustus 1863 setelah mendapatkan konsesi pembangunan jalur kereta api jurusan Semarang-Yogyakarta.dari Gubjend Hindia Belanda pada tanggal 28 Agustus 1862  Perusahaan ini melayani kereta api di daerah Jawa Tengah dan Ngayogyakarta Hadiningrat (kini DIY); namun juga tercatat melayani Batavia, Buitenzorg, dan sekitarnya. Pesaing NIS adalah Staatsspoorwegen yang dibentuk oleh Departemen Urusan Koloni Hindia Belanda. Pada tahun 1928, NIS telah mengangkut 13,8 juta penumpang.


Perusahaan kereta api  di Jawa
Babat-Djombang Stoomtram Maatschappij (BDSM)
Batavia Electrische Tram Maatschappij (BET)
Bataviasche Oosterspoorweg Maatschappij (BOS)
N.V. Bataviasche Verkeersmaatschappij
Java Spoorweg Maatschappij (JSM)
Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM)
Madoera Stoomtram Maatschappij (MT)
Malang Stoomtram Maatschappij (MSM)
Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MdjSM)
Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS)
Nederlands-Indische Tramweg Maatschappij (NITM)
Oost-Java Stoomtram Maatschappij (OJSM)
Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (PsSM)
Probolinggo Stoomtram Maatschappij (PbSM)
Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS)
Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS)
Semarang-Joana Stoomtram Maatschappij (SJS)
Solosche Tramweg Maatschappij (SoTM)
Staatsspoorwegen (SS), (milik Pemerintah Kolonial Hindia Belanda)

Perusahaan kereta api  di Sumatera
Atjeh Tram (AT) atau Atjeh Staats Spoorwegen (ASS)
Deli Spoorweg Maatschappij (DSM)
Staatsspoorwegen ter Sumatra's Westkust (SSS)
Staatsspoorwegen op Zuid-Sumatra (ZSS)

Perusahaan kereta api  di Sulawesi
Staatstramwegen op Celebes


Demikianlah Artikel Sejarah Awal Pembangunan Jalur Kereta Api di Indonesia

Sekianlah artikel Sejarah Awal Pembangunan Jalur Kereta Api di Indonesia kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Sejarah Awal Pembangunan Jalur Kereta Api di Indonesia dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2017/11/sejarah-awal-pembangunan-jalur-kereta.html

Subscribe to receive free email updates: