Rusia kembali kerahkan pesawat Tu-22M3 untuk "bersihkan" ISIS
Rusia kembali kerahkan pesawat Tu-22M3 untuk "bersihkan" ISIS
- Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Rusia kembali kerahkan pesawat Tu-22M3 untuk "bersihkan" ISIS telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya.
Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru
Artikel Trending, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.
Judul : Rusia kembali kerahkan pesawat Tu-22M3 untuk "bersihkan" ISIS
link : Rusia kembali kerahkan pesawat Tu-22M3 untuk "bersihkan" ISIS
Judul : Rusia kembali kerahkan pesawat Tu-22M3 untuk "bersihkan" ISIS
link : Rusia kembali kerahkan pesawat Tu-22M3 untuk "bersihkan" ISIS
Motobalapan |
Enam pesawat pembom strategis Tu-22M3 dari Angkatan Udara Rusia melakukan pengeboman infrastruktur Islamic State (ISIS) di kota Abu Kemal, di Provinsi Deir Ezzor, Suriah, pada hari Kamis.
Dalam video yang dipublikasikan Reputly, pesawat Tu-22M3 tampak terbang dan menjatuhkan sejumlah bom. Namun tidak disebutkan dari lapangan udara daerah mana pesawat Tu-22M3 itu diterbangkan. Yang pasti, pesawat Tu-22M3 telah melakukan serangan udara yang ditujukan ke markas militan, komando, serta gudang amunisi dan senjata kelompok militan ISIS.
Kenapa Rusia Kerahkan Pesawat Strategis Jarak Jauh?
Keterangan yang dilansir RBTH.com menyebut, penggunaan pesawat pengebom strategis jarak jauh ini sudah dilakukan Rusia sejak November 2014 untuk memerangi ISIS di kota Raqqa, Suriah. Para pakar menilai bahwa penggunaan aviasi jarak jauh tersebut meningkatkan intensitas serangan udara di Suriah, karena sumber daya lain yang dapat diakses telah habis.
Dalam serangan udara yang berlangsung selama lima jam 20 menit, pesawat Tu-22M3 terbang sejauh 4.510 kilometer, sedangkan pengangkut misil Tu-160 dan Tu-95MS berada di udara masing-masing selama delapan jam 20 menit dan sembilan jam 30 menit. Panjang rute yang mereka jelajahi ialah 6.566 kilometer. Pesawat tersebut meluncurkan 34 misil kendali jelajah.
Pakar menilai bahwa penggunaan aviasi jarak jauh untuk melawan ISIS dapat dianggap sebagai 'aksi balas dendam' atas aksi teroris yang mengakibatkan jatuhnya pesawat komersil Rusia Kogalymavia Aibus-321 pada akhir Oktober lalu, dan menewaskan 224 orang.
“Penggunaan aviasi jarak jauh merupakan hal yang normal dan satu-satunya cara untuk meningkatkan intensitas serangan udara dengan cepat di Suriah. Markas dan kelompok di Latakia kini beroperasi dengan kapasitas terbatas. Dari sudut pandang militer, Suriah tak punya objek yang membutuhkan dua lusin pesawat pengebom strategis,” kata pakar independen yang merupakan penulis August Tanks, Anton Lavrov.
Satu-satunya kapal induk Rusia, Admiral Kuznetsov, mungkin bisa menjadi cadangan bagi AU Rusia di Suriah. Kapal ini, yang mengangkut 12 pesawat penghancur MiG-29K yang memiliki misil presisi dan 14 pesawat penghancur Su-33 dengan rudal tanpa kendali, dapat membantu pasukan udara dari laut. Namun, saat ini kapal induk tersebut berada di Laut Barents dan tengah menjalankan latihan persiapan tempur.
Pemimpin Redaksi situs Voenyi Paritet Andrian Nikolaev menilai bahwa penggunaan pesawat pengebom strategis dilakukan untuk mendemonstrasikan kemampuan senjata tersebut. “Di tengah jeratan sanksi internasional, Moskow harus menunjukkan ‘ototnya’ dalam melawan terorisme, untuk meningkatkan potensi pencabutan sanksi,” katanya seperti dilansir RBTH.
Menurut Nikolai, itulah alasan Rusia mereplikasi pengalaman tempur AS, mengirim pesawat pengebom Tu-160 dan Tu-95MS yang dapat meluncurkan misil kendali jelajah dalam serangan udara masif. “Namun, metode ini sudah ketinggalan jaman. Saat ini, untuk menyerang target, Barat menggunakan pesawat tanpa awak Predator dan Reaper. Rusia masih belum punya drone tempur. Oleh karena itu, Rusia harus menggunakan apa yang ia miliki, bahkan jika itu lebih ekstrem.”
Enam pesawat pembom strategis Tu-22M3 dari Angkatan Udara Rusia melakukan pengeboman infrastruktur Islamic State (ISIS) di kota Abu Kemal, di Provinsi Deir Ezzor, Suriah, pada hari Kamis.
Dalam video yang dipublikasikan Reputly, pesawat Tu-22M3 tampak terbang dan menjatuhkan sejumlah bom. Namun tidak disebutkan dari lapangan udara daerah mana pesawat Tu-22M3 itu diterbangkan. Yang pasti, pesawat Tu-22M3 telah melakukan serangan udara yang ditujukan ke markas militan, komando, serta gudang amunisi dan senjata kelompok militan ISIS.
Kenapa Rusia Kerahkan Pesawat Strategis Jarak Jauh?
Keterangan yang dilansir RBTH.com menyebut, penggunaan pesawat pengebom strategis jarak jauh ini sudah dilakukan Rusia sejak November 2014 untuk memerangi ISIS di kota Raqqa, Suriah. Para pakar menilai bahwa penggunaan aviasi jarak jauh tersebut meningkatkan intensitas serangan udara di Suriah, karena sumber daya lain yang dapat diakses telah habis.
Dalam serangan udara yang berlangsung selama lima jam 20 menit, pesawat Tu-22M3 terbang sejauh 4.510 kilometer, sedangkan pengangkut misil Tu-160 dan Tu-95MS berada di udara masing-masing selama delapan jam 20 menit dan sembilan jam 30 menit. Panjang rute yang mereka jelajahi ialah 6.566 kilometer. Pesawat tersebut meluncurkan 34 misil kendali jelajah.
Pakar menilai bahwa penggunaan aviasi jarak jauh untuk melawan ISIS dapat dianggap sebagai 'aksi balas dendam' atas aksi teroris yang mengakibatkan jatuhnya pesawat komersil Rusia Kogalymavia Aibus-321 pada akhir Oktober lalu, dan menewaskan 224 orang.
“Penggunaan aviasi jarak jauh merupakan hal yang normal dan satu-satunya cara untuk meningkatkan intensitas serangan udara dengan cepat di Suriah. Markas dan kelompok di Latakia kini beroperasi dengan kapasitas terbatas. Dari sudut pandang militer, Suriah tak punya objek yang membutuhkan dua lusin pesawat pengebom strategis,” kata pakar independen yang merupakan penulis August Tanks, Anton Lavrov.
Satu-satunya kapal induk Rusia, Admiral Kuznetsov, mungkin bisa menjadi cadangan bagi AU Rusia di Suriah. Kapal ini, yang mengangkut 12 pesawat penghancur MiG-29K yang memiliki misil presisi dan 14 pesawat penghancur Su-33 dengan rudal tanpa kendali, dapat membantu pasukan udara dari laut. Namun, saat ini kapal induk tersebut berada di Laut Barents dan tengah menjalankan latihan persiapan tempur.
Pemimpin Redaksi situs Voenyi Paritet Andrian Nikolaev menilai bahwa penggunaan pesawat pengebom strategis dilakukan untuk mendemonstrasikan kemampuan senjata tersebut. “Di tengah jeratan sanksi internasional, Moskow harus menunjukkan ‘ototnya’ dalam melawan terorisme, untuk meningkatkan potensi pencabutan sanksi,” katanya seperti dilansir RBTH.
Menurut Nikolai, itulah alasan Rusia mereplikasi pengalaman tempur AS, mengirim pesawat pengebom Tu-160 dan Tu-95MS yang dapat meluncurkan misil kendali jelajah dalam serangan udara masif. “Namun, metode ini sudah ketinggalan jaman. Saat ini, untuk menyerang target, Barat menggunakan pesawat tanpa awak Predator dan Reaper. Rusia masih belum punya drone tempur. Oleh karena itu, Rusia harus menggunakan apa yang ia miliki, bahkan jika itu lebih ekstrem.”
Demikianlah Artikel Rusia kembali kerahkan pesawat Tu-22M3 untuk "bersihkan" ISIS
Sekianlah artikel Rusia kembali kerahkan pesawat Tu-22M3 untuk "bersihkan" ISIS kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Rusia kembali kerahkan pesawat Tu-22M3 untuk "bersihkan" ISIS dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2017/11/rusia-kembali-kerahkan-pesawat-tu-22m3.html