Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto
Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto
- Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya.
Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru
Artikel Trending, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.
Judul : Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto
link : Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto
Judul : Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto
link : Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto
Motobalapan |
Uraian di atas adalah kutipan dari buku berjudul "Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto" halaman 6-7 yang ditulis oleh John Roosa Dia mulai menulis tentang Gerakan 30 September ini saat menjadi penerima beasiswa pascadoktoral Rockefeller Foundation di Institute of International Studies di University of California-Berkeley, sebagai bagian dari Communities in Contention Program pada 2001-2002. Sejak awal 2000 John Roosa melakukan penelitian tentang peristiwa 1965-66 dengan sekelompok peneliti yang tergabung dalam Jaringan Kerja Budaya di Jakarta. Buku ini tumbuh dari penelitian bersama dan pendirian lembaga Institut Sejarah Sosial Indonesia. Buku ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul "Pretext for Mass Murder: Th e September 30th Movement and Suharto’s Coup d’État in Indonesia" tahun 2006 oleh penerbit The University of Wisconsin Press, Madison, USA. Pertama kali diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Indonesia seizin penerbit asli oleh Institut Sejarah Sosial Indonesia bekerjasama dengan Hasta Mitra pada Januari 2008.
Sampai sekarang dokumen utama yang ditinggalkan oleh G-30-S hanyalah empat pernyataan yang disiarkan RRI pusat pada pagi dan siang hari 1 Oktober 1965. Pernyataan-pernyataan itu menampilkan wajah G-30-S di depan publik dan tentu saja tidak mengungkap pengorganisasian di balik layar dan tujuan yang mendasarinya. Sesudah tertangkap, para pimpinan kunci G-30-S tidak mengungkap banyak hal. Kesaksian mereka di depan pengadilan yang dikenal sebagai Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) lebih mencerminkan keterdesakan sangat untuk menolak segala dakwaan, ketimbang menjelaskan secara rinci tentang bagaimana dan mengapa G-30-S dilancarkan. Para terdakwa, dapat dimengerti, memilih tutup mulut, berbohong, tidak sepenuhnya berkata benar, dan menghindar demi melin-dungi diri sendiri dan kawan-kawan mereka, atau melempar kesalahan kepada orang lain. Baik penuntut umum maupun hakim tidak ambil pusing untuk mengorek kesaksian-kesaksian mereka yang saling bertentang-tentangan; pengadilan memang tidak dimaksudkan untuk menyelidiki kebenaran atas peristiwa tersebut. Semua hanyalah pengadilan sandiwara belaka. Tidak satu orang pun yang dibawa ke Mahmilub dibebaskan dari tuntutan. Dari lima orang pimpinan utama G-30-S, kecuali satu orang, semuanya dinyatakan terbukti berkhianat, dijatuhi hukuman mati, dan dieksekusi oleh regu tembak, sehingga dengan demikian menutup setiap kemungkinan mereka muncul kembali dengan keterangan baru yang lebih rinci dan akurat tentang gerakan mereka.
Satu-satunya pemimpin kunci G-30-S yang lolos dari regu tembak, yaitu Kolonel Abdul Latief, menolak menjelaskan G-30-S secara rinci. Ketika akhirnya diajukan ke depan pengadilan pada 1978, sesudah bertahun-tahun dikurung dalam sel isolasi, ia juga tidak memanfaatkan kesempatan itu untuk menjelaskan bagaimana mereka mengorganisasi G-30-S. Pidato pembelaannya menjadi terkenal dan tersebar luas karena satu pernyataannya yang mengejutkan bahwa ia telah memberi tahu Suharto tentang gerakan itu sebelumnya. Arti penting pernyataan itu lalu menutupi kenyataan bahwa Latief tidak menceritakan barang sedikit pun tentang G-30-S itu sendiri. Sebagian besar pidato pembelaannya tercurah pada cekcok yang relatif remeh-temeh tentang keterangan para saksi, atau pada penjelasan riwayat hidupnya untuk membuktikan diri sebagai prajurit yang patriotik. Sesudah 1978, Latief tidak pernah menyimpang dari pembelaannya dan juga tidak pernah mengurai lebih lanjut pernyataan- pernyataannya. Bahkan juga sesudah dibebaskan dari penjara pada 1998, ia tidak memberikan keterangan baru satu patah kata pun.
Uraian di atas adalah kutipan dari buku berjudul "Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto" halaman 6-7 yang ditulis oleh John Roosa Dia mulai menulis tentang Gerakan 30 September ini saat menjadi penerima beasiswa pascadoktoral Rockefeller Foundation di Institute of International Studies di University of California-Berkeley, sebagai bagian dari Communities in Contention Program pada 2001-2002. Sejak awal 2000 John Roosa melakukan penelitian tentang peristiwa 1965-66 dengan sekelompok peneliti yang tergabung dalam Jaringan Kerja Budaya di Jakarta. Buku ini tumbuh dari penelitian bersama dan pendirian lembaga Institut Sejarah Sosial Indonesia. Buku ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul "Pretext for Mass Murder: Th e September 30th Movement and Suharto’s Coup d’État in Indonesia" tahun 2006 oleh penerbit The University of Wisconsin Press, Madison, USA. Pertama kali diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Indonesia seizin penerbit asli oleh Institut Sejarah Sosial Indonesia bekerjasama dengan Hasta Mitra pada Januari 2008.
Cover buku Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto
|
Judul Buku:
Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto
Buku ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul
Pretext for Mass Murder: Th e September 30th Movement and Suharto’s Coup d’État in Indonesia
©2006 Th e University of Wisconsin Press, Madison, USA
Pertama kali diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Indonesia seizin penerbit asli oleh
Institut Sejarah Sosial Indonesia bekerjasama dengan Hasta Mitra pada Januari 2008.
Penerjemah : Hersri Setiawan
Penyunting: Ayu Ratih dan Hilmar Farid
Penyelaras bahasa: M. Fauzi dan Th . J. Erlijna
Desain sampul dan tata letak: Alit Ambara
Foto sampul: Corbis
Institut Sejarah Sosial Indonesia
Jalan Pinang Ranti No. 3 Jakarta 13560
Email: issi@cbn.net.id
Hasta Mitra
Jalan Duren Tiga Selatan No. 36 Jakarta Selatan
Email: yusak@cbn.net.id
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
John Roosa,
Dalih Pembunuhan Massal
Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto, Cetakan 1
Jakarta: Institut Sejarah Sosial Indonesia dan Hasta Mitra, 2008
xxiv+392 hlm; 16 cm x 23 cm
ISBN: 978-979-17579-0-4
Demikianlah Artikel Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto
Sekianlah artikel Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2017/09/dalih-pembunuhan-massal-gerakan-30.html