2011: Amsterdam ArenA Jadi Saksi Penampilan Terakhir Van der Sar
2011: Amsterdam ArenA Jadi Saksi Penampilan Terakhir Van der Sar
- Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul 2011: Amsterdam ArenA Jadi Saksi Penampilan Terakhir Van der Sar telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya.
Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.
Judul : 2011: Amsterdam ArenA Jadi Saksi Penampilan Terakhir Van der Sar
link : 2011: Amsterdam ArenA Jadi Saksi Penampilan Terakhir Van der Sar
Judul : 2011: Amsterdam ArenA Jadi Saksi Penampilan Terakhir Van der Sar
link : 2011: Amsterdam ArenA Jadi Saksi Penampilan Terakhir Van der Sar
Motobalapan | Berita Vlova - Metrotvnews.com, Amsterdam: Salah satu kiper hebat yang pernah dimiliki Belanda, Edwin van der Sar mengucap selamat tinggal kepada sepak bola usai musim 2010--2011 berakhir. Setelah 21 tahun berkarier, laga laga testimoni yang diselenggarakan oleh Ajax Amsterdam pada 4 Agustus 2011 menjadi aksi terakhir sang meneer di lapangan hijau.
"Saya ingin berterima kasih kepada semua suporter yang hadir di stadion. Terima kasih atas dukungan kalian selama bertahun-tahun," ujar Van der Sar kepada 53 ribu suporter yang hadir di Amsterdam Arena, stadion yang notabene menjadi tempat ia memulai karier pada tahun 1990.
BACA: 1995: Awal Karier Michael Ballack Berjalan Pahit
Ketika itu, Van der Sar tampil di skuat "Dream Team" yang diperkuat Wayne Rooney, Ryan Giggs, Dirk Kuyt, Edgar Davids, Rio Ferdinand, dan Dennis Bergkamp. Meski kebobolan satu gol, Van der Sar tetap mendapat tepuk tangan meriah saat meninggalkan lapangan beberapa menit sebelum pertandingan usai.
"Van der Sar mungkin kiper terbaik yang pernah dimiliki Manchester United. Saya bilang mungkin karena MU juga memiliki Peter Schmeichel," kata legenda Red Devils, Sir Bobby Charlton.
Prestasi Van der Sar selama berkarier di lapangan hijau sebetulnya tak selalu cemerlang. Tapi, ia mampu melewatinya dengan cara yang elegan. Buktinya, Van der Sar bangkit dan mulai menata kembali reruntuhan kejayaannya setelah melewati musim yang kurang bagus bersama Juventus dan terdampar di Fulham.
Awal cerita, Van der Sar merasakan karier penuh dengan prestasi bersama Ajax. Puncaknya terjadi pada 1995. Ketika itu, ia mampu membawa Ajax memenangkan Liga Champions usai mengalahkan AC Milan dengan skor 1-0, 24 Mei 1995.
Performa apik bersama Ajax membawa Van der Sar ke pintu gerbang tim nasional. Lagi-lagi, kisah manis dirasakan olehnya. Belanda sukses diantarnya ke semifinal Piala Dunia 1998.
Akan tetapi, karier Van der Sar mendadak berantakan setelah itu. Kiprahnya di Liga Italia Serie-A tak terlalu mengkilap bersama Juventus pada 1999--2001. Dia kebobolan 47 gol selama dua musim dan gagal membawa La Vecchia Signora meraih titel scudetto.
Kapasitas Van der Sar akhirnya mulai diragukan. Tim pelatih Juventus seolah sadar gawang tim tak terlalu aman di bawah kawalan Van der Sar. Langkah antisipasi langsung diambil. Saat bursa transfer musim panas 2001 dibuka, Juventus langsung menggaet kiper Gianluigi Buffon dari Parma.
Juventus sudah memandang Van der Sar sebelah mata. Begitu juga klub-klub papan atas di Eropa. Van der Sar yang tak mau dijadikan sebagai "ban serep" nampak kesulitan mendapat tawaran dari klub besar. Setelah tak kunjung ada pinangan dari klub besar, Van der Sar dengan berat hati memutuskan untuk menerima tawaran dari klub medioker, Fulham. Klub yang cuma berstatus sebagai tim promosi ketika tirai Liga Primer Inggris 2001--2002 dibuka.
Hebatnya, Van der Sar tidak banyak mengeluh. Tak sedikit pun terlihat raut wajah sedih apalagi komentar negatif dari dirinya soal kehilangan momen bermain di pentas prestise Liga Champions dan bersua klub-klub papan atas seperti Real Madrid, Barcelona, AC Milan, Inter Milan, serta Bayern Muenchen selama bermain untuk Fulham.
"Saya memang pernah bermain di level tertinggi bersama Ajax, Juventus, dan timnas Belanda. Tapi, itu bukan berarti saya bakal menyesali bergabung dengan Fulham. Klub ini memiliki ambisi yang besar. Sudah menjadi tugas saya untuk bisa meraih target yang diinginkan oleh klub," kata Van der Sar pada 2001 silam.
Kerja keras dan keteguhan hati Van der Sar berbuah hasil maksimal. Perjuangan selama empat tahun di Fulham mengantarkan Van der Sar ke raksasa Inggris, Manchester United pada 2005.
Manajer MU, Sir Alex Ferguson nampak percaya dengan kemampuan Van der Sar. Padahal, ketika itu usia Van der Sar sudah menginjak 34 tahun. "Ia punya pengalaman. Saya percaya kepadanya. Ia masih bisa meningkatkan kualitas tim," ujar Ferguson.
Penilaian Ferguson tepat. Van der Sar menjadi salah satu alasan MU bisa meraih trofi Liga Primer Inggris selama tiga musim berturut-turut pada 2006 hingga 2009.
Tak hanya itu, berkat Van der Sar pula MU bisa menjadi juara Liga Champions 2007--2008. Pada saat itu, Red Devils berhasil merengkuh gelar juara setelah Van der Sar menggagalkan penalti striker Chelsea, Nicolas Anelka. Van der Sar juga sempat membuat gawang MU tak kebobolan selama 1.311 menit 2010--2011. Sebuah rekor yang belum terpecahkan hingga saat ini.
Kisah Van der Sar bersama MU bisa saja berakhir dengan sangat manis. Tapi harapan Van der Sar tak menjadi kenyataan. Pada pertandingan resmi terakhirnya sebagai pemain MU, Van der Sar kebobolan tiga kali dari Barcelona pada Final Liga Champions 2010--2011. MU pun takluk dengan skor 1-3.
Terlepas dari kejadian itu, Van der Sar akan selalu dikenang oleh suporter Red Devils, Ajax, dan timnas Belanda sebagai salah satu kiper hebat di dunia sepak bola.
...
Sumber : http://ift.tt/2wq2oVs
"Saya ingin berterima kasih kepada semua suporter yang hadir di stadion. Terima kasih atas dukungan kalian selama bertahun-tahun," ujar Van der Sar kepada 53 ribu suporter yang hadir di Amsterdam Arena, stadion yang notabene menjadi tempat ia memulai karier pada tahun 1990.
BACA: 1995: Awal Karier Michael Ballack Berjalan Pahit
Ketika itu, Van der Sar tampil di skuat "Dream Team" yang diperkuat Wayne Rooney, Ryan Giggs, Dirk Kuyt, Edgar Davids, Rio Ferdinand, dan Dennis Bergkamp. Meski kebobolan satu gol, Van der Sar tetap mendapat tepuk tangan meriah saat meninggalkan lapangan beberapa menit sebelum pertandingan usai.
"Van der Sar mungkin kiper terbaik yang pernah dimiliki Manchester United. Saya bilang mungkin karena MU juga memiliki Peter Schmeichel," kata legenda Red Devils, Sir Bobby Charlton.
Prestasi Van der Sar selama berkarier di lapangan hijau sebetulnya tak selalu cemerlang. Tapi, ia mampu melewatinya dengan cara yang elegan. Buktinya, Van der Sar bangkit dan mulai menata kembali reruntuhan kejayaannya setelah melewati musim yang kurang bagus bersama Juventus dan terdampar di Fulham.
Awal cerita, Van der Sar merasakan karier penuh dengan prestasi bersama Ajax. Puncaknya terjadi pada 1995. Ketika itu, ia mampu membawa Ajax memenangkan Liga Champions usai mengalahkan AC Milan dengan skor 1-0, 24 Mei 1995.
Performa apik bersama Ajax membawa Van der Sar ke pintu gerbang tim nasional. Lagi-lagi, kisah manis dirasakan olehnya. Belanda sukses diantarnya ke semifinal Piala Dunia 1998.
Akan tetapi, karier Van der Sar mendadak berantakan setelah itu. Kiprahnya di Liga Italia Serie-A tak terlalu mengkilap bersama Juventus pada 1999--2001. Dia kebobolan 47 gol selama dua musim dan gagal membawa La Vecchia Signora meraih titel scudetto.
Kapasitas Van der Sar akhirnya mulai diragukan. Tim pelatih Juventus seolah sadar gawang tim tak terlalu aman di bawah kawalan Van der Sar. Langkah antisipasi langsung diambil. Saat bursa transfer musim panas 2001 dibuka, Juventus langsung menggaet kiper Gianluigi Buffon dari Parma.
Juventus sudah memandang Van der Sar sebelah mata. Begitu juga klub-klub papan atas di Eropa. Van der Sar yang tak mau dijadikan sebagai "ban serep" nampak kesulitan mendapat tawaran dari klub besar. Setelah tak kunjung ada pinangan dari klub besar, Van der Sar dengan berat hati memutuskan untuk menerima tawaran dari klub medioker, Fulham. Klub yang cuma berstatus sebagai tim promosi ketika tirai Liga Primer Inggris 2001--2002 dibuka.
Hebatnya, Van der Sar tidak banyak mengeluh. Tak sedikit pun terlihat raut wajah sedih apalagi komentar negatif dari dirinya soal kehilangan momen bermain di pentas prestise Liga Champions dan bersua klub-klub papan atas seperti Real Madrid, Barcelona, AC Milan, Inter Milan, serta Bayern Muenchen selama bermain untuk Fulham.
"Saya memang pernah bermain di level tertinggi bersama Ajax, Juventus, dan timnas Belanda. Tapi, itu bukan berarti saya bakal menyesali bergabung dengan Fulham. Klub ini memiliki ambisi yang besar. Sudah menjadi tugas saya untuk bisa meraih target yang diinginkan oleh klub," kata Van der Sar pada 2001 silam.
Kerja keras dan keteguhan hati Van der Sar berbuah hasil maksimal. Perjuangan selama empat tahun di Fulham mengantarkan Van der Sar ke raksasa Inggris, Manchester United pada 2005.
Manajer MU, Sir Alex Ferguson nampak percaya dengan kemampuan Van der Sar. Padahal, ketika itu usia Van der Sar sudah menginjak 34 tahun. "Ia punya pengalaman. Saya percaya kepadanya. Ia masih bisa meningkatkan kualitas tim," ujar Ferguson.
Penilaian Ferguson tepat. Van der Sar menjadi salah satu alasan MU bisa meraih trofi Liga Primer Inggris selama tiga musim berturut-turut pada 2006 hingga 2009.
Tak hanya itu, berkat Van der Sar pula MU bisa menjadi juara Liga Champions 2007--2008. Pada saat itu, Red Devils berhasil merengkuh gelar juara setelah Van der Sar menggagalkan penalti striker Chelsea, Nicolas Anelka. Van der Sar juga sempat membuat gawang MU tak kebobolan selama 1.311 menit 2010--2011. Sebuah rekor yang belum terpecahkan hingga saat ini.
Kisah Van der Sar bersama MU bisa saja berakhir dengan sangat manis. Tapi harapan Van der Sar tak menjadi kenyataan. Pada pertandingan resmi terakhirnya sebagai pemain MU, Van der Sar kebobolan tiga kali dari Barcelona pada Final Liga Champions 2010--2011. MU pun takluk dengan skor 1-3.
Terlepas dari kejadian itu, Van der Sar akan selalu dikenang oleh suporter Red Devils, Ajax, dan timnas Belanda sebagai salah satu kiper hebat di dunia sepak bola.
...
Sumber : http://ift.tt/2wq2oVs
Demikianlah Artikel 2011: Amsterdam ArenA Jadi Saksi Penampilan Terakhir Van der Sar
Sekianlah artikel 2011: Amsterdam ArenA Jadi Saksi Penampilan Terakhir Van der Sar kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel 2011: Amsterdam ArenA Jadi Saksi Penampilan Terakhir Van der Sar dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2017/08/2011-amsterdam-arena-jadi-saksi.html