Teroris Indonesia Sering Pakai Aplikasi Telegram
Teroris Indonesia Sering Pakai Aplikasi Telegram
- Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Teroris Indonesia Sering Pakai Aplikasi Telegram telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya.
Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru
Artikel Trending, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.
Judul : Teroris Indonesia Sering Pakai Aplikasi Telegram
link : Teroris Indonesia Sering Pakai Aplikasi Telegram
Judul : Teroris Indonesia Sering Pakai Aplikasi Telegram
link : Teroris Indonesia Sering Pakai Aplikasi Telegram
Motobalapan |
Aplikasi Telegram yang telah diblokir Kementerian Komunikasi dan Informasi, sering dipakai pentolan teroris Bachrun Naim dalam merancang sejumlah serangan teror. Salah satu serangan itu kepada Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) di Istana Negara pada Desember tahun lalu. Serangan itu gagal karena pelakunya, Dian Yulia Novi, keburu dicokok polisi bersama suaminya, Nur Solihin, di Bekasi, Jawa Barat, sehari sebelum mereka meledakkan bom itu.
Polisi mencium rencana pengeboman setelah memergoki Solihin berbelanja paku dalam jumlah banyak. Dari rumah kontrakan mereka di Bintara Jaya, Bekasi, polisi menemukan bom seberat 3 kilogram dengan jangkauan ledakan radius 300 meter. Dian mengakui mendapat perintah langsung dari Bachrun melalui Telegram untuk menyerang Paspampres. Perintah Bachrun, kata Dian, sangat spesifik: ledakkan bom pada saat Paspampres berlatih. “Perintahnya jelas ledakkan hari Minggu sekitar jam 7,” ujar Dian.
Dian mengobrol dengan Bachrun tak lebih dari tiga kali. “Soalnya, beliau off Telegram Kamis sampai Jumat,” katanya. Dalam percakapan itu, Dian biasa menyapa Bachrun dengan panggilan “Akh”, kependekan dari akhi, sebutan untuk laki-laki dalam bahasa Arab.
Selain untuk perencanaan teror, Bachrun Naim memakai aplikasi Telegram untuk merekrut pengikut baru. Dian menjadi calon pengantin—sebutan untuk para pelaku teror bom bunuh diri—setelah berkenalan dengan Solihin. Suaminya itulah yang kemudian mengenalkannya kepada Bachrun lewat Telegram.
Nur Solihin menuturkan dia berkenalan dengan Bachrun di sebuah grup Telegram bernama “Warkop”. Di grup ini, Solihin mendapat banyak percakapan yang membahas soal jihad melawan pemerintahan thaghut. Indonesia, karena bukan negara Islam, masuk kategori ini.
Solihin mengaku kagum kepada sosok Bachrun. Ia menganggapnya sebagai sosok khalifah yang sedang berjuang di Suriah menegakkan hukum Allah lewat pemberontakan kepada pemerintah setempat. Kekaguman itu membuatnya mengontak Bachrun secara langsung lewat jalur pribadi.
Sejak itulah Solihin acap mendapat perintah untuk melakukan “amaliyah”—istilah yang dipakai Bachrun untuk menyebut serangan teror. “Kalau tidak bisa hijrah, lakukan amaliyah di tempat masing-masing,” ujar Solihin, menirukan ucapan Bachrun Naim.Amaliyah versi Bachrun berupa bom bunuh diri. Ia meminta Solihin mencari perempuan untuk dijadikan pelakunya. Dari seorang kenalannya, Ummu Absa, Solihin mendapat informasi ada perempuan yang bersedia melakukan amaliyah bernama Dian Yulia Novi, perempuan asal Cirebon berusia 27 tahun.
Solihin kemudian menikahi perempuan yang pernah bekerja di Taiwan itu melalui Telegram. Mereka lalu bertemu dan mengontrak rumah di Bekasi. “Saya menikahi dia tujuannya memang untuk amaliyah,” ujar ayah satu anak ini. “Sebelum itu, saya halalkan dulu, agar rencana amaliyah tidak bocor.” [Tempo]
Aplikasi Telegram yang telah diblokir Kementerian Komunikasi dan Informasi, sering dipakai pentolan teroris Bachrun Naim dalam merancang sejumlah serangan teror. Salah satu serangan itu kepada Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) di Istana Negara pada Desember tahun lalu. Serangan itu gagal karena pelakunya, Dian Yulia Novi, keburu dicokok polisi bersama suaminya, Nur Solihin, di Bekasi, Jawa Barat, sehari sebelum mereka meledakkan bom itu.
Polisi mencium rencana pengeboman setelah memergoki Solihin berbelanja paku dalam jumlah banyak. Dari rumah kontrakan mereka di Bintara Jaya, Bekasi, polisi menemukan bom seberat 3 kilogram dengan jangkauan ledakan radius 300 meter. Dian mengakui mendapat perintah langsung dari Bachrun melalui Telegram untuk menyerang Paspampres. Perintah Bachrun, kata Dian, sangat spesifik: ledakkan bom pada saat Paspampres berlatih. “Perintahnya jelas ledakkan hari Minggu sekitar jam 7,” ujar Dian.
Dian mengobrol dengan Bachrun tak lebih dari tiga kali. “Soalnya, beliau off Telegram Kamis sampai Jumat,” katanya. Dalam percakapan itu, Dian biasa menyapa Bachrun dengan panggilan “Akh”, kependekan dari akhi, sebutan untuk laki-laki dalam bahasa Arab.
Selain untuk perencanaan teror, Bachrun Naim memakai aplikasi Telegram untuk merekrut pengikut baru. Dian menjadi calon pengantin—sebutan untuk para pelaku teror bom bunuh diri—setelah berkenalan dengan Solihin. Suaminya itulah yang kemudian mengenalkannya kepada Bachrun lewat Telegram.
Nur Solihin menuturkan dia berkenalan dengan Bachrun di sebuah grup Telegram bernama “Warkop”. Di grup ini, Solihin mendapat banyak percakapan yang membahas soal jihad melawan pemerintahan thaghut. Indonesia, karena bukan negara Islam, masuk kategori ini.
Solihin mengaku kagum kepada sosok Bachrun. Ia menganggapnya sebagai sosok khalifah yang sedang berjuang di Suriah menegakkan hukum Allah lewat pemberontakan kepada pemerintah setempat. Kekaguman itu membuatnya mengontak Bachrun secara langsung lewat jalur pribadi.
Sejak itulah Solihin acap mendapat perintah untuk melakukan “amaliyah”—istilah yang dipakai Bachrun untuk menyebut serangan teror. “Kalau tidak bisa hijrah, lakukan amaliyah di tempat masing-masing,” ujar Solihin, menirukan ucapan Bachrun Naim.Amaliyah versi Bachrun berupa bom bunuh diri. Ia meminta Solihin mencari perempuan untuk dijadikan pelakunya. Dari seorang kenalannya, Ummu Absa, Solihin mendapat informasi ada perempuan yang bersedia melakukan amaliyah bernama Dian Yulia Novi, perempuan asal Cirebon berusia 27 tahun.
Solihin kemudian menikahi perempuan yang pernah bekerja di Taiwan itu melalui Telegram. Mereka lalu bertemu dan mengontrak rumah di Bekasi. “Saya menikahi dia tujuannya memang untuk amaliyah,” ujar ayah satu anak ini. “Sebelum itu, saya halalkan dulu, agar rencana amaliyah tidak bocor.” [Tempo]
Demikianlah Artikel Teroris Indonesia Sering Pakai Aplikasi Telegram
Sekianlah artikel Teroris Indonesia Sering Pakai Aplikasi Telegram kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Teroris Indonesia Sering Pakai Aplikasi Telegram dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2017/07/teroris-indonesia-sering-pakai-aplikasi.html