Peraih Nobel Liu Xiaobo Meninggal Dunia di Usia 61
Peraih Nobel Liu Xiaobo Meninggal Dunia di Usia 61
- Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Peraih Nobel Liu Xiaobo Meninggal Dunia di Usia 61 telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya.
Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.
Judul : Peraih Nobel Liu Xiaobo Meninggal Dunia di Usia 61
link : Peraih Nobel Liu Xiaobo Meninggal Dunia di Usia 61
Judul : Peraih Nobel Liu Xiaobo Meninggal Dunia di Usia 61
link : Peraih Nobel Liu Xiaobo Meninggal Dunia di Usia 61
Motobalapan | Berita Vlova - Metrotvnews.com, Shenyang: Dipenjara selama tujuh tahun sejak dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian, Liu Xiaobo tidak pernah berhenti menyuarakan hak asasi manusia di China. Ia bersikeras menjalani kehidupan "penuh kejujuran, tanggung jawab, dan martabat."
Tahanan politik China paling terkemuka itu meninggal dunia pada Kamis 13 Juli 2017, akibat kanker hati di usia 61.
Kematiannya di sebuah rumah sakit di kota timur laut China memicu kesedihan di kalangan sahabat dan para pendukung, yang memuji keberanian serta tekadnya.
"Hanya ada dua kata buat menggambarkan bagaimana perasaan kita saat ini: kesedihan dan kemarahan," kata Wu Yangwei, teman keluarga dan aktivis, yang lebih dikenal dengan nama pena Ye Ye, melalui telepon.
"Satu-satunya cara kita berduka bagi Xiaobo dan merelakan jiwanya dalam damai adalah bekerja lebih keras lagi untuk tetap menjaga pengaruhnya tetap hidup," bubuhnya, seperti dikutip Asahi Shimbun dari Associated Press, Jumat 14 Juli 2017.
Titik Balik Tiananmen
Protes pro-demokrasi 1989 yang berpusat di Lapangan Tiananmen Beijing, menurut catatan Liu, adalah "titik balik utama" dalam hidupnya. Liu pernah menjadi sarjana tamu di Universitas Columbia di New York. Ia kembali lebih awal ke China pada Mei 1989 guna bergabung dengan gerakan yang sedang bergelombang di negara tersebut dan oleh Partai Komunis dianggap sebagai tantangan serius bagi otoritasnya.
Ketika pemerintah mengirim pasukan dan tank ke Beijing demi mengadang demonstrasi pada 3-4 Juni 1989 malam, Liu membujuk beberapa mahasiswa agar meninggalkan lapangan tersebut daripada menghadapi tentara. Tindakan keras militer menewaskan ratusan, mungkin ribuan orang, dan menggulirkan era yang lebih represif.
Liu menjadi satu dari ratusan orang China yang dipenjara karena kejahatan terkait demonstrasi itu. Itu merupakan satu dari empat penahanannya semasa hidup.
Hukuman terakhir Liu dijatuhkan karena dirinya turut menulis "Piagam 08," sebuah dokumen yang diedarkan pada 2008. Isinya meminta lebih banyak kebebasan berekspresi, hak asasi manusia, dan peradilan yang independen.
"Apa yang saya minta dari diri saya adalah: Baik sebagai pribadi atau sebagai penulis, saya akan menjalani kehidupan jujur, bertanggung jawab, dan bermartabat," tulis Liu dalam "I Have No Enemies: My Final Statement," yang mencegahnya dari hukumannya pada 2009. Dia dikirim ke penjara selama 11 tahun dengan tuduhan menghasut subversi, mengadvokasi reformasi politik yang meluas, dan hak asasi manusia yang lebih besar di negaranya.
Setahun kemudian, ia dianugerahi Hadiah Nobel. Komite Norwegia memuji "perjuangan panjang dan tanpa kekerasan untuk hak asasi manusia di China."
Penghargaan tersebut membuat marah pemerintah China, yang mengutuknya sebagai lelucon politik. Dalam beberapa hari, istri Liu, seniman dan penyair Liu Xia, dikenai tahanan rumah, meski tidak dihukum karena melakukan kejahatan. China juga menghukum Norwegia, meskipun pemerintahnya tidak memiliki pendapat mengenai keputusan panel independen Nobel tersebut. China menangguhkan kesepakatan perdagangan bilateral dan melarang impor salmon Norwegia, dan hubungan baru dilanjutkan pada 2017.
Puluhan pendukung Liu dicegah meninggalkan Negeri Tirai Bambu untuk menerima penghargaan tersebut atas namanya. Sebaliknya, ketidakhadiran Liu pada upacara pemberian hadiah di Oslo, Norwegia, ditandai dengan sebuah kursi kosong. Kursi kosong lainnya adalah untuk diduduki Liu Xia.
Dalam beberapa hari terakhir, para pendukung dan pemerintah asing mendesak China mengizinkan Liu yang mengidap penyakit kanker untuk dirawat di luar negeri. Namun pihak berwenang China menegaskan dia sedang mendapat perawatan terbaik.
Pada Kamis, Komite Nobel mengatakan Beijing mengemban tanggung jawab berat atas kematian Liu.
Duka Pemimpin Dunia
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan Liu Xiaobo adalah "pejuang pemberani untuk hak-hak sipil dan kebebasan berpendapat." Mantan Presiden George W. Bush memberi hormat Liu sebagai orang yang "berani memimpikan China yang menghormati hak asasi manusia." Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson mendesak Beijing membebaskan istri Liu dari tahanan rumah dan mengizinkannya meninggalkan negara tersebut jika dia menghendakinya.
Liu lahir pada 28 Desember 1955, di kota Changchun di timur laut, putra seorang profesor bahasa dan sastra yang merupakan anggota partai yang setia. Ia adalah satu dari lima laki-laki di keluarganya. Liu adalah orang pertama yang bersekolah di Universitas Jilin saat ujian masuk perguruan tinggi, yang dilanjutkan setelah Revolusi Kebudayaan 1966-1976
Setelah menghabiskan hampir dua tahun dalam tahanan usai tindakan keras di Tiananmen, Liu ditahan kedua kalinya pada 1995, sesudah mengajukan permohonan reformasi politik. Tahun itu, dia ditahan untuk ketiga kalinya setelah menulis secara bersama "Opini tentang Beberapa Isu Utama mengenai Negara Kita Hari Ini." Akibatnya, dia dihukum tiga tahun ke sebuah kamp kerja paksa, saat itu dia menikahi Liu Xia.
Teman-teman pasangan itu dan pendukungnya menggambarkan pembangkang tersebut dan istrinya sebagai dua sejoli yang sangat saling mencintai.
...
Tahanan politik China paling terkemuka itu meninggal dunia pada Kamis 13 Juli 2017, akibat kanker hati di usia 61.
Kematiannya di sebuah rumah sakit di kota timur laut China memicu kesedihan di kalangan sahabat dan para pendukung, yang memuji keberanian serta tekadnya.
"Hanya ada dua kata buat menggambarkan bagaimana perasaan kita saat ini: kesedihan dan kemarahan," kata Wu Yangwei, teman keluarga dan aktivis, yang lebih dikenal dengan nama pena Ye Ye, melalui telepon.
"Satu-satunya cara kita berduka bagi Xiaobo dan merelakan jiwanya dalam damai adalah bekerja lebih keras lagi untuk tetap menjaga pengaruhnya tetap hidup," bubuhnya, seperti dikutip Asahi Shimbun dari Associated Press, Jumat 14 Juli 2017.
Titik Balik Tiananmen
Protes pro-demokrasi 1989 yang berpusat di Lapangan Tiananmen Beijing, menurut catatan Liu, adalah "titik balik utama" dalam hidupnya. Liu pernah menjadi sarjana tamu di Universitas Columbia di New York. Ia kembali lebih awal ke China pada Mei 1989 guna bergabung dengan gerakan yang sedang bergelombang di negara tersebut dan oleh Partai Komunis dianggap sebagai tantangan serius bagi otoritasnya.
Ketika pemerintah mengirim pasukan dan tank ke Beijing demi mengadang demonstrasi pada 3-4 Juni 1989 malam, Liu membujuk beberapa mahasiswa agar meninggalkan lapangan tersebut daripada menghadapi tentara. Tindakan keras militer menewaskan ratusan, mungkin ribuan orang, dan menggulirkan era yang lebih represif.
Liu menjadi satu dari ratusan orang China yang dipenjara karena kejahatan terkait demonstrasi itu. Itu merupakan satu dari empat penahanannya semasa hidup.
Hukuman terakhir Liu dijatuhkan karena dirinya turut menulis "Piagam 08," sebuah dokumen yang diedarkan pada 2008. Isinya meminta lebih banyak kebebasan berekspresi, hak asasi manusia, dan peradilan yang independen.
"Apa yang saya minta dari diri saya adalah: Baik sebagai pribadi atau sebagai penulis, saya akan menjalani kehidupan jujur, bertanggung jawab, dan bermartabat," tulis Liu dalam "I Have No Enemies: My Final Statement," yang mencegahnya dari hukumannya pada 2009. Dia dikirim ke penjara selama 11 tahun dengan tuduhan menghasut subversi, mengadvokasi reformasi politik yang meluas, dan hak asasi manusia yang lebih besar di negaranya.
Setahun kemudian, ia dianugerahi Hadiah Nobel. Komite Norwegia memuji "perjuangan panjang dan tanpa kekerasan untuk hak asasi manusia di China."
Penghargaan tersebut membuat marah pemerintah China, yang mengutuknya sebagai lelucon politik. Dalam beberapa hari, istri Liu, seniman dan penyair Liu Xia, dikenai tahanan rumah, meski tidak dihukum karena melakukan kejahatan. China juga menghukum Norwegia, meskipun pemerintahnya tidak memiliki pendapat mengenai keputusan panel independen Nobel tersebut. China menangguhkan kesepakatan perdagangan bilateral dan melarang impor salmon Norwegia, dan hubungan baru dilanjutkan pada 2017.
Puluhan pendukung Liu dicegah meninggalkan Negeri Tirai Bambu untuk menerima penghargaan tersebut atas namanya. Sebaliknya, ketidakhadiran Liu pada upacara pemberian hadiah di Oslo, Norwegia, ditandai dengan sebuah kursi kosong. Kursi kosong lainnya adalah untuk diduduki Liu Xia.
Dalam beberapa hari terakhir, para pendukung dan pemerintah asing mendesak China mengizinkan Liu yang mengidap penyakit kanker untuk dirawat di luar negeri. Namun pihak berwenang China menegaskan dia sedang mendapat perawatan terbaik.
Pada Kamis, Komite Nobel mengatakan Beijing mengemban tanggung jawab berat atas kematian Liu.
Duka Pemimpin Dunia
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan Liu Xiaobo adalah "pejuang pemberani untuk hak-hak sipil dan kebebasan berpendapat." Mantan Presiden George W. Bush memberi hormat Liu sebagai orang yang "berani memimpikan China yang menghormati hak asasi manusia." Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson mendesak Beijing membebaskan istri Liu dari tahanan rumah dan mengizinkannya meninggalkan negara tersebut jika dia menghendakinya.
Liu lahir pada 28 Desember 1955, di kota Changchun di timur laut, putra seorang profesor bahasa dan sastra yang merupakan anggota partai yang setia. Ia adalah satu dari lima laki-laki di keluarganya. Liu adalah orang pertama yang bersekolah di Universitas Jilin saat ujian masuk perguruan tinggi, yang dilanjutkan setelah Revolusi Kebudayaan 1966-1976
Setelah menghabiskan hampir dua tahun dalam tahanan usai tindakan keras di Tiananmen, Liu ditahan kedua kalinya pada 1995, sesudah mengajukan permohonan reformasi politik. Tahun itu, dia ditahan untuk ketiga kalinya setelah menulis secara bersama "Opini tentang Beberapa Isu Utama mengenai Negara Kita Hari Ini." Akibatnya, dia dihukum tiga tahun ke sebuah kamp kerja paksa, saat itu dia menikahi Liu Xia.
Teman-teman pasangan itu dan pendukungnya menggambarkan pembangkang tersebut dan istrinya sebagai dua sejoli yang sangat saling mencintai.
...
Demikianlah Artikel Peraih Nobel Liu Xiaobo Meninggal Dunia di Usia 61
Sekianlah artikel Peraih Nobel Liu Xiaobo Meninggal Dunia di Usia 61 kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Peraih Nobel Liu Xiaobo Meninggal Dunia di Usia 61 dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2017/07/peraih-nobel-liu-xiaobo-meninggal-dunia.html