Pendatang Nekat ke Jakarta Modal Tiru Sanak Saudara
Pendatang Nekat ke Jakarta Modal Tiru Sanak Saudara
- Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Pendatang Nekat ke Jakarta Modal Tiru Sanak Saudara telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya.
Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.
Judul : Pendatang Nekat ke Jakarta Modal Tiru Sanak Saudara
link : Pendatang Nekat ke Jakarta Modal Tiru Sanak Saudara
Judul : Pendatang Nekat ke Jakarta Modal Tiru Sanak Saudara
link : Pendatang Nekat ke Jakarta Modal Tiru Sanak Saudara
Motobalapan | Berita Vlova - Metrotvnews.com, Jakarta: Minim keahlian kerja tak membuat pendatang baru ciut berdatangan ke DKI Jakarta. Mereka nekat mengisi pundi-pundi dengan modal meniru sanak saudara yang lebih dulu datang.
Yendhi, 19, misalnya, ia baru seminggu menginjakan kaki di Ibu kota. Warga Tasikmalaya, Jawa Barat lulusan Sekolah Dasar (SD) itu mengikuti jejak saudaranya menggeluti bisnis aksesori ponsel. Berbekal tikar, barang dagangannya ia pajang di trotoar di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
"Ini baru belajar cari pengalaman bisnis. Saya ikut saudara yang sudah setahun di Jakarta," kata Yendhi kepada Metrotvnews.com, Sabtu 8 Juli 2017.
Modal yang dikeluarkan pria lajang ini tidak banyak, pun tak perlu keahlian. Ia cukup mengingat daftar harga barang seperti tongkat narsis (Tongsis), karet pelindung ponsel, cincin pengaman dan power bank. Harga barang diakui Yendhi hanya dinaikan sedikit dari ongkos jasa penjualan barang yang diminta saudaranya.
"Saudara saya juga jualan aksesori, kalau jual barang jangan sampai lupa harga bandar," ujarnya.
Yendhi bercita-cita mempunyai usaha mandiri di Tasikmalaya. Tabungan selama di Jakarta akan ia jadikan modal. Dalam pikirannya, Jakarta bak tambang emas yang jika digali pasti mendapat keuntungan. Ia kini tengah berusaha agar dapat berjualan tanpa mengandalkan saudaranya.
"Kalau sudah punya modal cukup, nanti di kampung mau bikin warung," tutur dia.
(Baca juga: Tren Urbanisasi di Jakarta)
Serupa Yendhi, Arif, 18, meniru pekerjaan yang lebih dulu dilakukan rekan sekampungnya dari Garut, Jawa Barat. Mulai pagi hingga siang, ia memanggul dagangan baso cuanki di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
"Biasanya jualan sampai malam, kalau belum habis disuruh ke daerah komplek cari pembeli," tutur dia.
Arif mengaku bosan dengan pekerjaan lamanya sebagai buruh pabrik kerupuk kulit. Upah minim, membuat pemuda ini nekat bertolak ke Ibu Kota.
"Jakarta-Garut masih dekat, kalau punya ongkos ya tinggal pulang. Tapi saya pantang pulang sebelum punya modal," kata dia.
Pendatang baru yang mengadu nasib di Jakarta membludak usai libur lebaran. Sekembalinya dari kampung halaman, warga Jakarta yang mudik kerap membawa sanak famili ke Ibu Kota.
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta Edison Sianturi mengatakan, tren pendatang baru ke Jakarta dalam tiga tahun terakhir memang naik turun. Tahun ini, ia memprediksi jumlah pendatang baru meningkat pasca lebaran dari tahun 2016.
Pada 2014, jumlah pendatang baru ke Jakarta usai lebaran mencapai 68 ribu jiwa. Jumlah ini meningkat di tahun 2015 yang mencapai 70 ribu jiwa lebih. Jumlah pendatang mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi sekitar 68 ribu jiwa.
Berdasarkan data arus mudik dan warga yang kembali ke Ibu Kota, Edison menilai pendatang baru meningkat.
"Data terakhir dari data arus mudik itu 6.414.000 ribu, sekarang data arus balik kira terima ada sekitar 6.485.000. Jadi ada 70 ribu lebih," kata Edison kepada Metrotvnews.com di Kantor Disdukcapil DKI, Jalan S.Parman, Jakarta Barat, Kamis 6 Juli 2017.
Edison tak bisa memastikan jumlah pendatang baru tahun ini. Kata dia, data pasti baru bisa didapatkan setelah operasi bina kependudukan (Binduk) yang akan dilakukan pada H+21 usai lebaran.
Edison menduga, peningkatan jumlah pendatang berhubungan dengan musim libur lebaran dan tahun ajaran baru. Karena, ada banyak warga yang ingin menyekolahkan anaknya di Jakarta. Namun, kata Edison, pendatang baru masih didominasi pencari kerja.
"Ke Jakarta cari sekolah ada beberapa alternatif pilihan. Tetap mereka itu sebagai pencari kerja yang banyak," pungkas dia.
(Baca juga: Pendatang Baru DKI Harus Punya Keterampilan)
Yendhi, 19, misalnya, ia baru seminggu menginjakan kaki di Ibu kota. Warga Tasikmalaya, Jawa Barat lulusan Sekolah Dasar (SD) itu mengikuti jejak saudaranya menggeluti bisnis aksesori ponsel. Berbekal tikar, barang dagangannya ia pajang di trotoar di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.
"Ini baru belajar cari pengalaman bisnis. Saya ikut saudara yang sudah setahun di Jakarta," kata Yendhi kepada Metrotvnews.com, Sabtu 8 Juli 2017.
Modal yang dikeluarkan pria lajang ini tidak banyak, pun tak perlu keahlian. Ia cukup mengingat daftar harga barang seperti tongkat narsis (Tongsis), karet pelindung ponsel, cincin pengaman dan power bank. Harga barang diakui Yendhi hanya dinaikan sedikit dari ongkos jasa penjualan barang yang diminta saudaranya.
"Saudara saya juga jualan aksesori, kalau jual barang jangan sampai lupa harga bandar," ujarnya.
Yendhi bercita-cita mempunyai usaha mandiri di Tasikmalaya. Tabungan selama di Jakarta akan ia jadikan modal. Dalam pikirannya, Jakarta bak tambang emas yang jika digali pasti mendapat keuntungan. Ia kini tengah berusaha agar dapat berjualan tanpa mengandalkan saudaranya.
"Kalau sudah punya modal cukup, nanti di kampung mau bikin warung," tutur dia.
(Baca juga: Tren Urbanisasi di Jakarta)
Serupa Yendhi, Arif, 18, meniru pekerjaan yang lebih dulu dilakukan rekan sekampungnya dari Garut, Jawa Barat. Mulai pagi hingga siang, ia memanggul dagangan baso cuanki di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
"Biasanya jualan sampai malam, kalau belum habis disuruh ke daerah komplek cari pembeli," tutur dia.
Arif mengaku bosan dengan pekerjaan lamanya sebagai buruh pabrik kerupuk kulit. Upah minim, membuat pemuda ini nekat bertolak ke Ibu Kota.
"Jakarta-Garut masih dekat, kalau punya ongkos ya tinggal pulang. Tapi saya pantang pulang sebelum punya modal," kata dia.
Pendatang baru yang mengadu nasib di Jakarta membludak usai libur lebaran. Sekembalinya dari kampung halaman, warga Jakarta yang mudik kerap membawa sanak famili ke Ibu Kota.
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta Edison Sianturi mengatakan, tren pendatang baru ke Jakarta dalam tiga tahun terakhir memang naik turun. Tahun ini, ia memprediksi jumlah pendatang baru meningkat pasca lebaran dari tahun 2016.
Pada 2014, jumlah pendatang baru ke Jakarta usai lebaran mencapai 68 ribu jiwa. Jumlah ini meningkat di tahun 2015 yang mencapai 70 ribu jiwa lebih. Jumlah pendatang mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi sekitar 68 ribu jiwa.
Berdasarkan data arus mudik dan warga yang kembali ke Ibu Kota, Edison menilai pendatang baru meningkat.
"Data terakhir dari data arus mudik itu 6.414.000 ribu, sekarang data arus balik kira terima ada sekitar 6.485.000. Jadi ada 70 ribu lebih," kata Edison kepada Metrotvnews.com di Kantor Disdukcapil DKI, Jalan S.Parman, Jakarta Barat, Kamis 6 Juli 2017.
Edison tak bisa memastikan jumlah pendatang baru tahun ini. Kata dia, data pasti baru bisa didapatkan setelah operasi bina kependudukan (Binduk) yang akan dilakukan pada H+21 usai lebaran.
Edison menduga, peningkatan jumlah pendatang berhubungan dengan musim libur lebaran dan tahun ajaran baru. Karena, ada banyak warga yang ingin menyekolahkan anaknya di Jakarta. Namun, kata Edison, pendatang baru masih didominasi pencari kerja.
"Ke Jakarta cari sekolah ada beberapa alternatif pilihan. Tetap mereka itu sebagai pencari kerja yang banyak," pungkas dia.
(Baca juga: Pendatang Baru DKI Harus Punya Keterampilan)
Demikianlah Artikel Pendatang Nekat ke Jakarta Modal Tiru Sanak Saudara
Sekianlah artikel Pendatang Nekat ke Jakarta Modal Tiru Sanak Saudara kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Pendatang Nekat ke Jakarta Modal Tiru Sanak Saudara dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2017/07/pendatang-nekat-ke-jakarta-modal-tiru.html