Pasar yang Lain
Pasar yang Lain
- Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Pasar yang Lain telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya.
Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.
Judul : Pasar yang Lain
link : Pasar yang Lain
Judul : Pasar yang Lain
link : Pasar yang Lain
Motobalapan | Berita Vlova - PRESIDEN Joko Widodo menyempatkan diri datang ke lantai Bursa Efek Indonesia, sehari sebelum memulai kunjungan ke Eropa.
Presiden mengapresiasi pasar yang sedang bullish dan berharap dunia usaha memanfaatkan momentum ini untuk mendorong pengembangan bisnis mereka.
Kegairahan memang kita lihat di pasar modal. Indeks harga saham gabungan meningkat lebih dari 11 persen pada semester I ini. Bahkan indeks yang sempat menembus angka 5.900 merupakan rekor baru bagi pasar modal Indonesia.
Pertanyaannya, bagaimana menularkan kegairahan di pasar modal itu ke pasar yang riil? Kita sangat berharap pasar riil juga kembali bullish. Masyarakat meningkatkan daya belinya agar roda perekonomian bisa bergulir lebih cepat lagi.
Pada kuartal I lalu pertumbuhan ekonomi kita sebenarnya menunjukkan perbaikan yang luar biasa. Motor pertumbuhan kita tidak lagi hanya bertumpu kepada investasi pemerintah dan konsumsi rumah tangga saja, tetapi juga ekspor.
Untuk pertama kalinya sejak beberapa tahun terakhir ekspor kita tumbuh, bahkan mencapai angka 8 persen (yoy). Kunjungan Jokowi ke Eropa kita harapkan menyentuh juga sisi perdagangan internasional.
Meski kunjungan itu lebih untuk menghadiri Pertemuan Pemimpin G-20, tentunya bisa dipakai juga untuk bertemu kalangan bisnis guna menjelaskan kondisi Indonesia khususnya setelah mendapatkan peringkat layak investasi dari Standard & Poor's.
Tidak bisa kita nafikan memang ada keengganan investor luar negeri untuk menanamkan modalnya di Indonesia belakangan ini. Mereka lebih banyak masuk ke investasi portofolio daripada investasi langsung. Persoalannya, pemerintah dinilai lebih habis waktunya mengurusi politik dalam negeri ketimbang urusan ekonomi.
Kehadiran Jokowi di BEI diharapkan menjadi penanda bahwa Presiden mulai fokus lagi ke urusan ekonomi. Waktu yang dimiliki pemerintahan ini untuk melakukan pembangunan semakin terbatas. Praktis hanya 10 bulan waktu yang tersisa untuk fokus kepada urusan ekonomi karena mulai April tahun depan pasti semua perhatian akan kembali tertuju kepada persiapan pemilihan umum.
Untuk itulah setelah nanti kembali dari Hamburg, Jokowi diharapkan mau untuk blusukan ke sektor ekonomi yang lain. Akan sangat baik apabila Presiden mau mengunjungi pasar riil seperti Pasar Tanah Abang, Pasar Induk Kramat Jati, atau pasar lain di daerah seperti Pasar Beringharjo, Pasar Turi, dan pasar lainnya.
Saatnya juga bagi Presiden untuk melihat kegiatan di pabrik-pabrik yang ada sekaligus bertemu dengan para pemiliknya untuk mengetahui langsung kondisi pasar. Tidak salah juga kalau Jokowi bertemu dengan buruh dan serikat buruh untuk sama-sama memikirkan bagaimana meningkatkan kegiatan ekonomi, tidak sekadar hanya berdemo.
Perekonomian yang sedang lesu perlu untuk dipecut lagi. Kepedulian dari Presiden dibutuhkan untuk meningkatkan kepercayaan diri dari pasar, pengusaha, buruh, dan masyarakat. Kalau kita menginginkan peningkatan kesejahteraan bersama, semua pihak harus mau berkontribusi kepada bergeraknya kegiatan ekonomi.
Di samping gimmick-gimmick seperti itu, kita tentu membutuhkan sentuhan yang sifatnya lebih strategis. Kita perlu mengeluarkan kebijakan yang lebih mendorong kegiatan ekonomi. Kita membutuhkan ekspansi ekonomi setelah perekonomian kita tertekan dalam beberapa tahun terakhir.
Kelesuan ekonomi tidak bisa hanya dijawab dengan pemotongan anggaran. Seperti rencana pengurangan dana alokasi umum sekitar 4 persen ke daerah, bisa berdampak negatif kepada perlambatan ekonomi di wilayah. Padahal, kita berharap daerah bisa menjadi motor bagi bergeraknya perekonomian nasional. Sekarang ini kita dihadapkan kepada lingkaran setan.
Rendahnya penerimaan negara membuat kita harus melakukan pemotongan anggaran. Namun, pemotongan anggaran akan berdampak kepada perlambatan dan kelesuan ekonomi. Kelesuan ekonomi akhirnya akan berdampak kepada rendahnya penerimaan negara. Kalau ini terus dibiarkan, gerakan spiral itu akan bergerak ke bawah.
Kita harus membalikkan keadaan agar spiral itu kembali bergerak ke atas. Untuk itu pada kuartal III ini kita harus mengupayakan agar ekonomi bisa dipompa. Caranya, pemerintah harus berani membelanjakan anggaran yang dimiliki.
Dengan itu diharapkan, masyarakat pun akan lebih percaya diri meningkatkan konsumsi dan dunia usaha pun bersemangat untuk mendorong ekspor. Baru nanti kita lihat lagi kondisinya pada kuartal IV.
Kalau memang penerimaan negara belum bergerak, baru penghematan kita lakukan. Pemerintahan jangan terlalu cepat menginjak rem dalam-dalam. Salah-salah ekonomi kita malah lebih terpuruk, bukan lebih baik. (Media Indonesia)
Presiden mengapresiasi pasar yang sedang bullish dan berharap dunia usaha memanfaatkan momentum ini untuk mendorong pengembangan bisnis mereka.
Kegairahan memang kita lihat di pasar modal. Indeks harga saham gabungan meningkat lebih dari 11 persen pada semester I ini. Bahkan indeks yang sempat menembus angka 5.900 merupakan rekor baru bagi pasar modal Indonesia.
Pertanyaannya, bagaimana menularkan kegairahan di pasar modal itu ke pasar yang riil? Kita sangat berharap pasar riil juga kembali bullish. Masyarakat meningkatkan daya belinya agar roda perekonomian bisa bergulir lebih cepat lagi.
Pada kuartal I lalu pertumbuhan ekonomi kita sebenarnya menunjukkan perbaikan yang luar biasa. Motor pertumbuhan kita tidak lagi hanya bertumpu kepada investasi pemerintah dan konsumsi rumah tangga saja, tetapi juga ekspor.
Untuk pertama kalinya sejak beberapa tahun terakhir ekspor kita tumbuh, bahkan mencapai angka 8 persen (yoy). Kunjungan Jokowi ke Eropa kita harapkan menyentuh juga sisi perdagangan internasional.
Meski kunjungan itu lebih untuk menghadiri Pertemuan Pemimpin G-20, tentunya bisa dipakai juga untuk bertemu kalangan bisnis guna menjelaskan kondisi Indonesia khususnya setelah mendapatkan peringkat layak investasi dari Standard & Poor's.
Tidak bisa kita nafikan memang ada keengganan investor luar negeri untuk menanamkan modalnya di Indonesia belakangan ini. Mereka lebih banyak masuk ke investasi portofolio daripada investasi langsung. Persoalannya, pemerintah dinilai lebih habis waktunya mengurusi politik dalam negeri ketimbang urusan ekonomi.
Kehadiran Jokowi di BEI diharapkan menjadi penanda bahwa Presiden mulai fokus lagi ke urusan ekonomi. Waktu yang dimiliki pemerintahan ini untuk melakukan pembangunan semakin terbatas. Praktis hanya 10 bulan waktu yang tersisa untuk fokus kepada urusan ekonomi karena mulai April tahun depan pasti semua perhatian akan kembali tertuju kepada persiapan pemilihan umum.
Untuk itulah setelah nanti kembali dari Hamburg, Jokowi diharapkan mau untuk blusukan ke sektor ekonomi yang lain. Akan sangat baik apabila Presiden mau mengunjungi pasar riil seperti Pasar Tanah Abang, Pasar Induk Kramat Jati, atau pasar lain di daerah seperti Pasar Beringharjo, Pasar Turi, dan pasar lainnya.
Saatnya juga bagi Presiden untuk melihat kegiatan di pabrik-pabrik yang ada sekaligus bertemu dengan para pemiliknya untuk mengetahui langsung kondisi pasar. Tidak salah juga kalau Jokowi bertemu dengan buruh dan serikat buruh untuk sama-sama memikirkan bagaimana meningkatkan kegiatan ekonomi, tidak sekadar hanya berdemo.
Perekonomian yang sedang lesu perlu untuk dipecut lagi. Kepedulian dari Presiden dibutuhkan untuk meningkatkan kepercayaan diri dari pasar, pengusaha, buruh, dan masyarakat. Kalau kita menginginkan peningkatan kesejahteraan bersama, semua pihak harus mau berkontribusi kepada bergeraknya kegiatan ekonomi.
Di samping gimmick-gimmick seperti itu, kita tentu membutuhkan sentuhan yang sifatnya lebih strategis. Kita perlu mengeluarkan kebijakan yang lebih mendorong kegiatan ekonomi. Kita membutuhkan ekspansi ekonomi setelah perekonomian kita tertekan dalam beberapa tahun terakhir.
Kelesuan ekonomi tidak bisa hanya dijawab dengan pemotongan anggaran. Seperti rencana pengurangan dana alokasi umum sekitar 4 persen ke daerah, bisa berdampak negatif kepada perlambatan ekonomi di wilayah. Padahal, kita berharap daerah bisa menjadi motor bagi bergeraknya perekonomian nasional. Sekarang ini kita dihadapkan kepada lingkaran setan.
Rendahnya penerimaan negara membuat kita harus melakukan pemotongan anggaran. Namun, pemotongan anggaran akan berdampak kepada perlambatan dan kelesuan ekonomi. Kelesuan ekonomi akhirnya akan berdampak kepada rendahnya penerimaan negara. Kalau ini terus dibiarkan, gerakan spiral itu akan bergerak ke bawah.
Kita harus membalikkan keadaan agar spiral itu kembali bergerak ke atas. Untuk itu pada kuartal III ini kita harus mengupayakan agar ekonomi bisa dipompa. Caranya, pemerintah harus berani membelanjakan anggaran yang dimiliki.
Dengan itu diharapkan, masyarakat pun akan lebih percaya diri meningkatkan konsumsi dan dunia usaha pun bersemangat untuk mendorong ekspor. Baru nanti kita lihat lagi kondisinya pada kuartal IV.
Kalau memang penerimaan negara belum bergerak, baru penghematan kita lakukan. Pemerintahan jangan terlalu cepat menginjak rem dalam-dalam. Salah-salah ekonomi kita malah lebih terpuruk, bukan lebih baik. (Media Indonesia)
Demikianlah Artikel Pasar yang Lain
Sekianlah artikel Pasar yang Lain kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Pasar yang Lain dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2017/07/pasar-yang-lain.html