Masalah Gizi, Konsumsi Ikan Bisa Jadi Solusi
Masalah Gizi, Konsumsi Ikan Bisa Jadi Solusi
- Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Masalah Gizi, Konsumsi Ikan Bisa Jadi Solusi telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya.
Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.
Judul : Masalah Gizi, Konsumsi Ikan Bisa Jadi Solusi
link : Masalah Gizi, Konsumsi Ikan Bisa Jadi Solusi
Judul : Masalah Gizi, Konsumsi Ikan Bisa Jadi Solusi
link : Masalah Gizi, Konsumsi Ikan Bisa Jadi Solusi
Motobalapan | Berita Vlova - Metrotvnews.com, Jakarta: Masalah gizi yang menerpa bayi lahir dengan efek stunting, atau pendek kerap terjadi di Tanah Air. Adapun kasus balita stunting ditemukan di sebagian wilayah Indonesia, terutama di wilayah Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan Papua.
Menyiasati hal itu, ibu hamil diminta harus bisa mengoptimalisasi asupan gizi, terutama dengan konsumsi ikan. "Mungkin ada budaya yang harus kita cerahkan. Ada yang bilang bau anyir lah nanti kalau hamil, lalu ibunya tidak boleh makan apa-apa kalau habis melahirkan”, kata Menteri Kesehatan, Nila Moeloek melalui pesan tertulis, Senin 3 Juli 2017.
Menurut Nila, masalah stunting ini serius karena presentasenya hampir menyentuh 50 persen. Saat ini berdasarkan data yang dibeberkan Kemenkes, 4 dari 10 bayi di Indonesia terjangkiti gizi buruk atau stunting.
Di sisi lain Indonesia memiliki peluang bonus demografi pada tahun 2035. Namun, masih tingginya angka balita yang mengalami stunting atau pendek bisa mengancam peluang tersebut.
Menyiasati hal itu, ibu hamil diminta harus bisa mengoptimalisasi asupan gizi, terutama dengan konsumsi ikan. "Mungkin ada budaya yang harus kita cerahkan. Ada yang bilang bau anyir lah nanti kalau hamil, lalu ibunya tidak boleh makan apa-apa kalau habis melahirkan”, kata Menteri Kesehatan, Nila Moeloek melalui pesan tertulis, Senin 3 Juli 2017.
Menurut Nila, masalah stunting ini serius karena presentasenya hampir menyentuh 50 persen. Saat ini berdasarkan data yang dibeberkan Kemenkes, 4 dari 10 bayi di Indonesia terjangkiti gizi buruk atau stunting.
Di sisi lain Indonesia memiliki peluang bonus demografi pada tahun 2035. Namun, masih tingginya angka balita yang mengalami stunting atau pendek bisa mengancam peluang tersebut.
Data pemantauan status gizi (PSG) tahun 2016 menyebutkan jumlah balita stunting 27,5 persen (sangat pendek 8,5 persen dan pendek 19 persen). Sementara target WHO adalah di bawah 20 persen.
Untuk diketahui, stunting merupakan kondisi di mana perkembangan tinggi badan yang tidak optimal, yang akhirnya berdampak pada kualitas kecerdasan menjadi tidak seperti yang kita harapkan.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Anung Sugihantono menerangkan bahwa dalam mengatasi permasalahan gizi terdapat dua solusi yang dapat dilakukan. Yaitu dengan intervensi spesifik dan sensitif.
Intervensi spesifik diarahkan untuk mengatasi penyebab langsung dan tidak langsung masalah gizi, sedangkan intervensi sensitif diarahkan untuk mengatasi akar masalahnya dan sifatnya jangka panjang.
“Intervensi sensitif salah satunya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dari orang tua atau keluarga tentang hal-hal yang berkaitan dengan gizi”, terang Anung.
Anung menambahkan, kurangnya pengetahuan masyarakat dalam pengolahan menjadikan ikan kurang peminat untuk disajikan menjadi menu andalan keluarga.
“Ikan di sekitar mereka banyak. Tetapi tidak mereka konsumsi. Karena kebanyakan dari mereka hanya bisa memasak ikan digoreng dan dibakar saja. Anak-anak jadi lebih cepat bosan makan menu ikan”, terang Anung.
Untuk diketahui, stunting merupakan kondisi di mana perkembangan tinggi badan yang tidak optimal, yang akhirnya berdampak pada kualitas kecerdasan menjadi tidak seperti yang kita harapkan.
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Anung Sugihantono menerangkan bahwa dalam mengatasi permasalahan gizi terdapat dua solusi yang dapat dilakukan. Yaitu dengan intervensi spesifik dan sensitif.
Intervensi spesifik diarahkan untuk mengatasi penyebab langsung dan tidak langsung masalah gizi, sedangkan intervensi sensitif diarahkan untuk mengatasi akar masalahnya dan sifatnya jangka panjang.
“Intervensi sensitif salah satunya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dari orang tua atau keluarga tentang hal-hal yang berkaitan dengan gizi”, terang Anung.
Anung menambahkan, kurangnya pengetahuan masyarakat dalam pengolahan menjadikan ikan kurang peminat untuk disajikan menjadi menu andalan keluarga.
“Ikan di sekitar mereka banyak. Tetapi tidak mereka konsumsi. Karena kebanyakan dari mereka hanya bisa memasak ikan digoreng dan dibakar saja. Anak-anak jadi lebih cepat bosan makan menu ikan”, terang Anung.
Demikianlah Artikel Masalah Gizi, Konsumsi Ikan Bisa Jadi Solusi
Sekianlah artikel Masalah Gizi, Konsumsi Ikan Bisa Jadi Solusi kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Masalah Gizi, Konsumsi Ikan Bisa Jadi Solusi dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2017/07/masalah-gizi-konsumsi-ikan-bisa-jadi.html