Belajar Cinta dari Jalaludin Rumi (2): Salah Paham Pluralisme dan Radikalisme
Belajar Cinta dari Jalaludin Rumi (2): Salah Paham Pluralisme dan Radikalisme
- Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Belajar Cinta dari Jalaludin Rumi (2): Salah Paham Pluralisme dan Radikalisme telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya.
Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru
Artikel Trending, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.
Judul : Belajar Cinta dari Jalaludin Rumi (2): Salah Paham Pluralisme dan Radikalisme
link : Belajar Cinta dari Jalaludin Rumi (2): Salah Paham Pluralisme dan Radikalisme
Judul : Belajar Cinta dari Jalaludin Rumi (2): Salah Paham Pluralisme dan Radikalisme
link : Belajar Cinta dari Jalaludin Rumi (2): Salah Paham Pluralisme dan Radikalisme
Motobalapan | Pluralisme selama dua dekade terakhir ini menjadi hangat kembali diperbincangkan tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia Internasional. Hal ini muncul sebagai respon terhadap paham-paham agama yang radikal yang menyebabkan konflik antar agama dan sesama muslim.
Gerakan radikalisme menurut Zainal merupakan kerinduan terhadap masa kejayaan Islam masa lalu (14). Pluralisme sendiri sering
disalahpahami sebagai penyatuan semua agama atau menganggap semua agama benar.
Pluralisme juga sering diartikan upaya penyeragaman seperti yang dikatakan oleh Ana Malik Toha. Ia menyebut pluralisme sebagai agama baru15. Perbedaan ini karena memang
belum ada kesepakatan di antara para pemikir Islam tentang tentang pluralisme itu sendiri.
Istilah pluralisme dalam bahasa Arab paling tidak ada dua; pertama, ta‘addudiyat al-adyan dan wihdat al-adyan. Pandangan pertama berpendapat bahwa pluralisme berarti
bahwa setiap manusia harus menerima perbedaan pandangan, keyakinan dan agama.
Selain itu juga berpendapat bahwa agama pada hakikatnya hanya satu yaitu mengajarkan manusia untuk meng-Esa-kan Tuhan. Perbedaan agama itu sendiri menurut pandangan ini
adalah bagian dari sebuah kenyataan yang tidak bisa ditolak oleh manusia. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Allah Swt. dalam Qs. Al-Maidah [5]; 48.
Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja),
tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.
Gerakan radikalisme menurut Zainal merupakan kerinduan terhadap masa kejayaan Islam masa lalu (14). Pluralisme sendiri sering
disalahpahami sebagai penyatuan semua agama atau menganggap semua agama benar.
Pluralisme juga sering diartikan upaya penyeragaman seperti yang dikatakan oleh Ana Malik Toha. Ia menyebut pluralisme sebagai agama baru15. Perbedaan ini karena memang
belum ada kesepakatan di antara para pemikir Islam tentang tentang pluralisme itu sendiri.
Istilah pluralisme dalam bahasa Arab paling tidak ada dua; pertama, ta‘addudiyat al-adyan dan wihdat al-adyan. Pandangan pertama berpendapat bahwa pluralisme berarti
bahwa setiap manusia harus menerima perbedaan pandangan, keyakinan dan agama.
Selain itu juga berpendapat bahwa agama pada hakikatnya hanya satu yaitu mengajarkan manusia untuk meng-Esa-kan Tuhan. Perbedaan agama itu sendiri menurut pandangan ini
adalah bagian dari sebuah kenyataan yang tidak bisa ditolak oleh manusia. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Allah Swt. dalam Qs. Al-Maidah [5]; 48.
Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja),
tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.
Dalam Tafsir al-Thalabi karangan Abu Ishaq al-Thalabi16 dijelaskan bahwa makna shir’at dan minhaj bahwa ahli Taurat, ahli Injil dan ahli al-Qur’an mempunyai syariat sendiri-sendiri. Dalam masing-masing syariat itu Allah telah menghalalkan dan mengharamkan apa yang dikehendaki-Nya. Namun demikian agama ini pada dasarnya hanya satu dan syari’atnya saja yang berbeda-beda. Tujuan Allah menjadikan hal itu berbeda tidak lain adalah untuk menguji manusia sehingga terlihat jelas siapa yang taat
dan siapa yang durhaka kepada Allah, oleh karena itu maka hendaklah manusia berlomba-lomba untuk berbuat baik (17). Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Ibn
‘Atiyah (18). dalam tafsirnya, ia menjelaskan bahwa makna sebagaimana dikatakan oleh ‘Ali ibn Abi Talib r.a, Qatadah dan jumhur mutakallimin adalah orang Yahudi, Nasrani mempunyai syariat dan metode/jalan masing-masing
demikian pula dengan umat orang Muslim. Al-Qadi Abu Muhammad menegaskan bahwa hal ini hanya berlaku pada tataran hukum/ibadah sebab pada hakekatnya agama itu hanya satu untuk semua manusia yaitu mentauhidkan Allah, percaya pada hari kebangkitan dan membenarkan setiap rasul Allah(19).
Mengenai hukum/ibadah muncul pula perbedaan dikalangan ulama. Ada yang
berpendapat bahwa semua syariat dan cara beribadah yang diajarkan melalui wahyu kepada umat terdahulu secara tidak langsung hilang dan digantikan oleh syariat Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad Saw. Maka tidak ada lagi agama yang sah dan syariat
yang diakui kecuali apa yang terdapat dalam al-Qur’an dan yang telah diajarkan oleh nabi Muhammad. Hal ini dijelaskan oleh Fakhr al-Din al-Razi20 dalam tafsir Mafatih al-Gaib
bahwa bila al-Qur’an adalah sebagai saksi akan kebenaran kitab terhadulu yakni Zabur dan Taurat maka tidak ada jalan untuk menghapus/ menggantikan hukum yang ada pada kitab-kitab itu. Sebab al-Qur’an hanya bersifat memberitahukan posisi dan kebenaran
kitab yang telah diturunkan kepada nabi terdahulu(21).
Kelompok kedua, yang menggunakan kata pluralisme dengan istilah wihdat al-adyan berpendapat bahwa agama yang pada prinsipnya datang dari Allah mengajarkan Tauhid. Setiap ajaran dan agama yang mengajarkan tauhid yakni meng-Esa-kan Tuhan adalah Islam. Kelompok ini juga beralasan bahwa semua nabi yang datang sebelum nabi
Muhammad Saw juga mengajarkan dan mengakui ke-Esa-an Tuhan. Semua agama yang turun sebelum Nabi adalah Islam. Sebagaimana terdapat dalam QS. Ali Imran [3];19
‚Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam‛.
Islam dalam ayat tersebut menurut kelompok kedua berlaku universal dan umum. Ia tidak berlaku khusus pada agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saja tapi juga berlaku pada semua agama yang datang sebelumnya. Islam dalam konteks ini berarti
penyerahan diri secara total kepada Tuhan dan beramal saleh. [BERSAMBUNG]
dan siapa yang durhaka kepada Allah, oleh karena itu maka hendaklah manusia berlomba-lomba untuk berbuat baik (17). Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Ibn
‘Atiyah (18). dalam tafsirnya, ia menjelaskan bahwa makna sebagaimana dikatakan oleh ‘Ali ibn Abi Talib r.a, Qatadah dan jumhur mutakallimin adalah orang Yahudi, Nasrani mempunyai syariat dan metode/jalan masing-masing
demikian pula dengan umat orang Muslim. Al-Qadi Abu Muhammad menegaskan bahwa hal ini hanya berlaku pada tataran hukum/ibadah sebab pada hakekatnya agama itu hanya satu untuk semua manusia yaitu mentauhidkan Allah, percaya pada hari kebangkitan dan membenarkan setiap rasul Allah(19).
Mengenai hukum/ibadah muncul pula perbedaan dikalangan ulama. Ada yang
berpendapat bahwa semua syariat dan cara beribadah yang diajarkan melalui wahyu kepada umat terdahulu secara tidak langsung hilang dan digantikan oleh syariat Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad Saw. Maka tidak ada lagi agama yang sah dan syariat
yang diakui kecuali apa yang terdapat dalam al-Qur’an dan yang telah diajarkan oleh nabi Muhammad. Hal ini dijelaskan oleh Fakhr al-Din al-Razi20 dalam tafsir Mafatih al-Gaib
bahwa bila al-Qur’an adalah sebagai saksi akan kebenaran kitab terhadulu yakni Zabur dan Taurat maka tidak ada jalan untuk menghapus/ menggantikan hukum yang ada pada kitab-kitab itu. Sebab al-Qur’an hanya bersifat memberitahukan posisi dan kebenaran
kitab yang telah diturunkan kepada nabi terdahulu(21).
Kelompok kedua, yang menggunakan kata pluralisme dengan istilah wihdat al-adyan berpendapat bahwa agama yang pada prinsipnya datang dari Allah mengajarkan Tauhid. Setiap ajaran dan agama yang mengajarkan tauhid yakni meng-Esa-kan Tuhan adalah Islam. Kelompok ini juga beralasan bahwa semua nabi yang datang sebelum nabi
Muhammad Saw juga mengajarkan dan mengakui ke-Esa-an Tuhan. Semua agama yang turun sebelum Nabi adalah Islam. Sebagaimana terdapat dalam QS. Ali Imran [3];19
‚Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam‛.
Islam dalam ayat tersebut menurut kelompok kedua berlaku universal dan umum. Ia tidak berlaku khusus pada agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saja tapi juga berlaku pada semua agama yang datang sebelumnya. Islam dalam konteks ini berarti
penyerahan diri secara total kepada Tuhan dan beramal saleh. [BERSAMBUNG]
Demikianlah Artikel Belajar Cinta dari Jalaludin Rumi (2): Salah Paham Pluralisme dan Radikalisme
Sekianlah artikel Belajar Cinta dari Jalaludin Rumi (2): Salah Paham Pluralisme dan Radikalisme kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Belajar Cinta dari Jalaludin Rumi (2): Salah Paham Pluralisme dan Radikalisme dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2017/07/belajar-cinta-dari-jalaludin-rumi-2.html