Pengamat: Prabowo Tidak Menunjukkan Sikap Negarawan dan Maunya Menang Sendiri
Pengamat: Prabowo Tidak Menunjukkan Sikap Negarawan dan Maunya Menang Sendiri
- Hallo Oto Mania Berita Otomotif Terupdate, Pada Artikel otomotif kali ini berjudul Pengamat: Prabowo Tidak Menunjukkan Sikap Negarawan dan Maunya Menang Sendiri telah kami persiapkan dengan seksama untuk sahabat otomotif baca dan ambil informasi didalamnya.
Semoga artikel otomotif terupdate dan terbaru
Artikel Trending, yang kami tulis ini dapat memberi inspirasi dan nilai positif sebagaimana mestinya.
Judul : Pengamat: Prabowo Tidak Menunjukkan Sikap Negarawan dan Maunya Menang Sendiri
link : Pengamat: Prabowo Tidak Menunjukkan Sikap Negarawan dan Maunya Menang Sendiri
Judul : Pengamat: Prabowo Tidak Menunjukkan Sikap Negarawan dan Maunya Menang Sendiri
link : Pengamat: Prabowo Tidak Menunjukkan Sikap Negarawan dan Maunya Menang Sendiri
Motobalapan | Pengamat politik Silvanus Alvin mengemukakan deklarasi kemenangan yang dilakukan Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto yang berulang-ulang menunjukkan sikap tidak siap kalah. Dengan tindakan tersebut, Prabowo tidak memiliki jiwa satria dan seorang negarawan.
"Apa yang dilakukan Prabowo tidak bisa disamakan bak petinju yang berjuang hingga bel terakhir berbunyi. Patut disayangkan bagaimana Prabowo mengeksploitasi emosi para pendukungnya untuk tidak mempercayai KPU. Ini bahaya karena ada sebuah framing yang salah bahwa bila Prabowo kalah, artinya KPU curang," kata Alvin di Jakarta, Senin (22/4/2019).
Ia meminta Prabowo memberikan contoh dan teladan kepada para pendukungnya agar mengikuti prosedur yang ada. Provokasi yang dilakukan Prabowo bisa mengarah pada kondisi yang tidak patut dalam demokrasi.
"Sebagai seorang Capres, seharusnya Prabowo berpikir layaknya negarawan yang mementingkan kepentingan masyarakat indonesia. Sebab ada kekhawatiran dari kalangan masyarakat bahwa narasi politik yang dibangun Prabowo dapat menimbulkan massa pendukungnya turun ke jalan.
Ini juga menimbulkan dampak negatif di mata internasional. Situasi chaos akan merugikan Indonesia," ujar Alvin yang juga pengajar pada Universitas Bunda Mulia Jakarta ini.
Dia berharap Prabowo tidak mengorbankan rakyat luas. Bila merasa ada kecurangan, silakan gugat ke Mahkamah Konstitusi (MK), tanpa mengintimidasi rakyat Indonesia dengan people power.
Pengamat politik Arif Susanto menilai pernyataan kemenangan dan deklarasi Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sebagai presiden dan wakil presiden periode 2019-2024 mencerminkan sikap ingin menang sendiri. Sebagai suatu kontestasi, Pemilu tentu saja menghasilkan pemenang dan pihak yang kalah. Dalam suatu Pemilu fair, sepatutnya dihasilkan situasi "menang terhormat, dan kalah tetap bermartabat".
"Apa yang dilakukan pasangan itu, tidak mencerminkan kedewasaan politik. Tidak siap untuk kalah dan menang," kata Arif di Jakarta, Senin (22/4).
Ia menilai tuduhan Pemilu curang dari kubu Prabowo-Sandi sangat problematik. Pertama, kesalahan-kesalahan kasuistis tidak lantas menggeneralisasi bahwa seluruh proses dan hasil Pemilu tidak sah. Kedua, terdapat mekanisme koreksi untuk menyelesaikan sengketa tentang proses dan hasil Pemilu. Ketiga, ketidakpercayaan terhadap penyelenggara Pemilu telah dibangun sejak awal.
Pada sisi lain, lanjut Arif, sikap ingin menang sendiri tersebut muncul dari pemahaman keliru bahwa politik adalah suatu zero sum game, dengan kemenangan satu pihak berarti kekalahan mutlak pihak lain.
"Dalam politik, persuasi dan negosiasi nyaris tidak pernah membuat satu pihak pemenang merampas seluruh kue kekuasaan. Kontrol oposisi tetap merupakan kebutuhan bagi demokrasi," tutur Arif yang juga analis pada Exposit Strategic ini.
Pengajar pada Universitas Paramadina Jakarta ini menambahkan peluang untuk bertarung usai kekalahan selalu terbuka. Hasil Pileg membuka kemungkinan konfigurasi baru politik. Hal ini juga dapat memberi modal politik untuk kontestasi Pilkada 2020 dan membangun kekuatan menyongsong Pemilu 2024. Sebab, tahun 2024 memberi peluang regenerasi politik memberi ruang kontestasi lebih leluasa bagi banyak elite baru politik.
Sumber: Suara Pembaruan
"Apa yang dilakukan Prabowo tidak bisa disamakan bak petinju yang berjuang hingga bel terakhir berbunyi. Patut disayangkan bagaimana Prabowo mengeksploitasi emosi para pendukungnya untuk tidak mempercayai KPU. Ini bahaya karena ada sebuah framing yang salah bahwa bila Prabowo kalah, artinya KPU curang," kata Alvin di Jakarta, Senin (22/4/2019).
Ia meminta Prabowo memberikan contoh dan teladan kepada para pendukungnya agar mengikuti prosedur yang ada. Provokasi yang dilakukan Prabowo bisa mengarah pada kondisi yang tidak patut dalam demokrasi.
"Sebagai seorang Capres, seharusnya Prabowo berpikir layaknya negarawan yang mementingkan kepentingan masyarakat indonesia. Sebab ada kekhawatiran dari kalangan masyarakat bahwa narasi politik yang dibangun Prabowo dapat menimbulkan massa pendukungnya turun ke jalan.
Ini juga menimbulkan dampak negatif di mata internasional. Situasi chaos akan merugikan Indonesia," ujar Alvin yang juga pengajar pada Universitas Bunda Mulia Jakarta ini.
Dia berharap Prabowo tidak mengorbankan rakyat luas. Bila merasa ada kecurangan, silakan gugat ke Mahkamah Konstitusi (MK), tanpa mengintimidasi rakyat Indonesia dengan people power.
"Apa yang dilakukan pasangan itu, tidak mencerminkan kedewasaan politik. Tidak siap untuk kalah dan menang," kata Arif di Jakarta, Senin (22/4).
Ia menilai tuduhan Pemilu curang dari kubu Prabowo-Sandi sangat problematik. Pertama, kesalahan-kesalahan kasuistis tidak lantas menggeneralisasi bahwa seluruh proses dan hasil Pemilu tidak sah. Kedua, terdapat mekanisme koreksi untuk menyelesaikan sengketa tentang proses dan hasil Pemilu. Ketiga, ketidakpercayaan terhadap penyelenggara Pemilu telah dibangun sejak awal.
Pada sisi lain, lanjut Arif, sikap ingin menang sendiri tersebut muncul dari pemahaman keliru bahwa politik adalah suatu zero sum game, dengan kemenangan satu pihak berarti kekalahan mutlak pihak lain.
"Dalam politik, persuasi dan negosiasi nyaris tidak pernah membuat satu pihak pemenang merampas seluruh kue kekuasaan. Kontrol oposisi tetap merupakan kebutuhan bagi demokrasi," tutur Arif yang juga analis pada Exposit Strategic ini.
Pengajar pada Universitas Paramadina Jakarta ini menambahkan peluang untuk bertarung usai kekalahan selalu terbuka. Hasil Pileg membuka kemungkinan konfigurasi baru politik. Hal ini juga dapat memberi modal politik untuk kontestasi Pilkada 2020 dan membangun kekuatan menyongsong Pemilu 2024. Sebab, tahun 2024 memberi peluang regenerasi politik memberi ruang kontestasi lebih leluasa bagi banyak elite baru politik.
Sumber: Suara Pembaruan
Demikianlah Artikel Pengamat: Prabowo Tidak Menunjukkan Sikap Negarawan dan Maunya Menang Sendiri
Sekianlah artikel Pengamat: Prabowo Tidak Menunjukkan Sikap Negarawan dan Maunya Menang Sendiri kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Pengamat: Prabowo Tidak Menunjukkan Sikap Negarawan dan Maunya Menang Sendiri dengan alamat link https://motobalapan.blogspot.com/2019/04/pengamat-prabowo-tidak-menunjukkan.html